Puluhan tahun industri musik berjalan di Indonesia, namun masih banyak hal-hal yang tampak asing dan membuat kita menggaruk kepala. Alih-alih membahas berbagai permasalahan baru yang terus muncul seiring perkembangan zaman, kita kerap mengabaikan masalah yang sudah ada sejak dulu.

Saking gagapnya kita dengan masalah-masalah ini, tak jarang pertanyaan naif dan tulus berubah menjadi olok-olok dan bahasan panjang di media sosial, bahkan perselisihan yang berujung pada konflik nyata antar sesama pelaku musik.

Hal sia-sia seperti itu sangat mungkin dihindari kalau saja kita tidak enggan merumuskan aneka macam hambatan dan tantangan yang malang melintang di dalam ekosistem musik. Dengan mengedepankan pemahaman yang empirik berdasarkan masukan dari berbagai pihak, harapannya, berbagai permasalahan (baik yang saat ini ada ataupun di masa mendatang) akan lebih mudah ditanggulangi tanpa menjadi angin yang sekilas berlalu dalam obrolan keseharian.

Inilah yang membuat Archipelago Festival dan Whiteboard Journal berinisiatif memetakan bermacam masalah tersebut melalui Sensus Musik Kita. Nantinya, survei ini akan bisa digunakan bersama oleh musisi, pelaku industri dan audiens musik untuk membangun insight yang komprehensif, netral, dan inklusif seputar musik di Indonesia. 

Lantas, kenapa sensus ini penting?

Ada tiga aspek yang kami anggap krusial dalam survei ini:
Pertama, Benchmarking — Data yang didapatkan bisa jadi acuan dasar proses pengambilan keputusan di masa depan.
Kedua, Objektivitas — Netralitas laporan ini diharapkan bisa mengesampingkan perilaku gatekeeping di masa mendatang.
Ketiga, Inklusif — Kami ingin memastikan bahwa laporan ini bisa mewakili lanskap musik hari ini, dari segi geografis dan sosio-kultural.

Oleh karenanya, mari berpartisipasi dalam sensus yang memetakan beragam hal yang sebelumnya tidak terjamah dalam ekosistem musik kita dengan mengakses laman Sensus Musik Kita.