Otoboke Beaver: “Obeying something and being crazy is the same.”
Kami berbincang dengan Otoboke Beaver untuk membicarakan pemilihan gaya bermusik dan spontanitas mereka, pandangan tentang budaya idol group di Jepang, hingga ketertarikan mereka terhadap kegilaan dan humor.
Words by Whiteboard Journal
Teks: MM Ridho
Foto: Whiteboard Journal/Nugie Rian
Adalah hal wajar jika pengunjung terlihat lebih lesu di hari terakhir rangkaian sebuah festival. Dan biasanya, energi penonton yang tidak maksimal ini akan terserap oleh penampil sehingga mempengaruhi semangat mereka. Ini hal yang sudah sering saya observasi dan kerap terbukti. Saya tak perlu lagi membuktikannya, karena sudah pasti akan berjalan seperti itu: untuk festival yang berjalan selama 3 hari, puncak keriaannya akan berada di hari kedua.
Tapi, memang keyakinan saya tersebut bisa dibilang kelewat pede. Saya lupa mempertimbangkan empat perempuan asal Jepang yang tergabung dalam Otoboke Beaver malam itu. Ada kerumunan penonton yang menggila sekaligus takjub melihat kegilaan yang disajikan oleh penampil dengan mini dress berwarna-warni tersebut. Saya, yang berhenti sejenak untuk menyaksikan mereka, tertegun. “Rupanya, aksi gila mereka ini bukan cuma sekadar bualan YouTube atau strategi PR media sosial belaka,” ucap saya dalam hati.
Keseruan hari terakhir Joyland Festival 2023 yang bertahan hingga usai itu, saya yakin, lebih dari setengahnya dipelumasi oleh penampilan empat perempuan slengean yang terinspirasi hotel esek-esek sebagai nama bandnya. Sebelum penampilan yang dinobatkan oleh beberapa teman sebagai penampilan terbaik sepanjang sejarah itu, kami berkesempatan untuk berbincang sekejap dengan Otoboke Beaver untuk membicarakan pemilihan gaya bermusik dan spontanitas mereka, pandangan mereka tentang budaya idol group di Jepang, hingga ketertarikan mereka terhadap kegilaan dan humor.
Musik Otoboke Beaver merupakan perpaduan banyak hal: humor, social commentary, hingga keresahan pribadi yang dibalut dengan sangat intens. Bagaimana kalian bisa membuat semua hal tersebut menjadi satu ekspresi artistik?
Sebenarnya tidak ada yang khusus ya. Kami memang menyuarakan pendapat kami itu sebagai diri sendiri, individu, bukan kami sebagai perempuan. Itu satu hal yang mesti diketahui. Nggak ada prinsip “kalau lagu ini, itu harus begini”. Tergantung pada saat itu, kami lagi ada masalah apa sih sebenarnya di public problem. Di social commentary juga ada masalah apa dan kami [sedang] tertarik [tentang] apa yang mau diangkat. Lebih ke situ sih sebenarnya. Tidak ada balancing khusus. Cukup spontan.
Untuk spontanitas ini, kenapa memilih untuk secara spontan menerjemahkan keresahan pribadi kalian menjadi musik yang notabenenya punk rock?
Sebenarnya kami nggak mau melabeli Otoboke Beaver sebagai band punk rock, tapi lebih kepada Otoboke Beaver is Otoboke Beaver, bukan genre yang lain. Begitu sebenarnya. Tetapi, kalau mungkin dari luar melihatnya, kami band punk rock. Ketika kami merasakan berbagai hal yang relate untuk dibikin lagu, pertimbangannya karena banyak hal-hal yang intens, lebih bermasalah, dan mengganggu ibaratnya, mungkin lebih cocok ke punk rock. Tetapi tujuannya bukan itu sih sebenarnya.
Berarti ekspresinya paling tepat digambarkan dengan musik punk rock?
Betul.
Jepang merupakan negara yang terkenal dengan idol group. Bagaimana kalian melihat hal ini dan menempatkan diri di tengah negara yang industrinya besar karena idol group-nya?
Sebenarnya sekarang sih kami sudah nggak begitu peduli kalau berada di dalam industri musik Jepang yang [kental dengan] idol culture. Dulu, kami agak kayak merasa risih. Tetapi, karena mungkin (pada saat itu) masih belum banyak idol group dengan genre musik yang idol banget. Kalau sekarang kan sudah berbeda, sudah banyak variasinya. Jadi, kalau sekarang sudah nggak (risih) begitu, biasa saja.
Jepang itu terkenal dengan negara yang cukup patuh dan obey to order. Apakah ekspresi musik dan stage act kalian yang rebellious adalah ekspresi yang sengaja ditunjukkan untuk jadi counter culture terhadap rutinitas kalian yang terbiasa dengan hal-hal yang tertib dan atur?
Memang Jepang banyak orang yang obeying rules, teratur. Kalau menurut kami, obeying something and being crazy is the same. Itu nggak ada bedanya, dan kami obeying in being crazy. Ibaratnya, haha. Jadi kami tidak terlalu memikirkan itu.
Obeying in being crazy?
Iya, in being crazy. Lebih kayak being serious in being crazy.
Sekarang banyak band indie yang ditarik dan mengisi soundtrack anime. Bagaimana pandangan kalian terhadap band yang notabenenya indie dan rebellious, tetapi punya kesempatan untuk membuat soundtrack anime?
Sebenarnya kami lebih memikirkan, anime di Jepang itu banyak banget. Genre dan ceritanya juga berbeda-beda. Nah, sebenarnya bukan kayak mau menjual diri kami ke produksi anime skala besar, tetapi lebih kepada apakah image-nya match atau nggak sih? Apakah image band itu match nggak sih dengan anime itu? Jadi, cara pemilihannya mungkin lebih ke situ. Bukan karena dia anime besar.
Kira-kira anime apa yang menurut kalian cocok dengan style musik Otoboke Beaver?
Mungkin lebih kepada anime yang action, passionate banget, fire up, dan keren juga. Tetapi overall, kami inginnya anime yang love story. Haha.
Haha. Love story?
Iya. Haha.
Okay, pertanyaannya sudah. Terima kasih!
Terima kasih.