New Music Selection: Dari Kolaborasi Yaeji dan Oh Yuk, Snail Mail, Metronomy, Wilco, hingga Sade Susanto
Dari kisah patah hati yang dikemas lewat diksi religius Snail Mail, suara tahun 70-an yang kembali dibawakan Elvis Costello, hingga mathrock dari Kalimantan.
Setiap hari jumat, kami akan merangkum rilisan lagu baru dari musisi lokal dan internasional. Berikut adalah rangkuman lagu-lagu baru yang menarik untuk didengar di penghujung Oktober 2021.
Slow Pulp – “Shadow”
Ditulis pada musim semi tahun 2020, lagu ini secara gaya memang berbeda dari album terakhirnya, Moveys. Namun, Slow Pulp terus mendapat pujian untuk lagu yang menceritakan tentang perasaan menyerah akan hal-hal dalam hidup yang terlalu out of control ini.
ME REX – “Never Graduate”
“It is about the fear felt while moving into a new phase of life. The feeling of unreadiness for inevitable change,” ungkap sang penulis lagu. ‘Never Graduate’ menjadi satu dari beberapa lagu di EP Pterodactyl yang dirilis dalam versi full band yang rumit, lain halnya dengan lagu-lagu sebelumnya yang kadang dibawakan secara solo oleh sang vokalis.
Metronomy – “It’s Good To Be Back”
Awal yang lucu, judul dari lagu ini muncul karena pikiran “Kira-kira apa kalimat paling boring yang akan diucapkan orang-orang setelah keluar dari masa pandemi?” Lagu synth-based ini juga ditemani video klip yang terinspirasi Truman Show dan Groundhog Day.
Jessy Lanza – “Seven 55” (Feat. Loraine James)
Berkolaborasi dengan Loraine James, singel ini termasuk dalam kompilasi DJ-Kicks Mix. “I wrote ‘Seven 55’ about a close friend and his inability to commit. I fantasized about the women caught in his web and wrote ‘Seven 55’ from their point of view,” ungkapnya.
Snail Mail – “Madonna”
Kembali dengan singel dari album Valentine mendatang, kali ini Lindsey Jordan hadir membawakan ‘Madonna’, lagu patah hati yang dikemas menggunakan tema religius, namun dengan produksi yang sensual.
Sade Susanto – “Pulang”
Di single baru ini, Sade menulis dalam Bahasa Indonesia untuk merangkum keresahan di kehidupan modern. Hasilnya adalah lagu yang berpotensi menyentuh kita semua, baik secara nada maupun kata. Tak sabar untuk mendengar lagu ini dibawakan secara live dan melihat bagaimana kita semua menyanyikan bait ini, “semoga esok kan lebih cerah, lebih cerah, lebih cerah”. Aaamiin.
Elvis Costello & The Imposters – “Magnificent Hurt”
Singel perdana dari album The Boy Named If mendatang ini terdengar seperti lagu-lagu rock tahun 70-an. Dengan tambahan organ dari bandmatenya Steve Nieve, vokalnya menyatu, mengingatkan seperti lagu-lagu Elvis Costello lama.
Wilco – “Don’t Let Me Down” & “Dig A Pony” (The Beatles Covers)
Wilco membawakan dua lagu dari band legendaris The Beatles untuk Amazon Music. Versi mereka relatif lebih santai dan mudah dicerna, malah cenderung terdengar country dan ragged.
Katy Perry – “All You Need Is Love” (The Beatles Cover)
Masih dengan rendisi lagu-lagu The Beatles, selain Wilco, Katy Perry membawakan tembang ini untuk sebuah iklan Gap. Meski dikritik karena dinilai biasa-biasa saja, cover ini masih nyaman untuk didengar, apalagi memasuki holiday season.
Aminé – “Charmander”
Setelah perilisan album Limbo, Aminé nampaknya memang ingin bereksperimen lewat musiknya. “‘Charmander’ was the first product of that period that felt natural while still being at a completely different BPM than any of my previous work,” jelasnya.
Midlake – “Meanwhile…”
Singel ini menceritakan alasan mereka hiatus di tahun 2014, dan mengapa mereka kembali di tahun 2020. Untuk merayakan kembalinya mereka, akan dirilis juga album pertama dalam beberapa tahun Midlake, For The Sake of Bethel Woods.
Crève, Ouverte! – “BURGUNDY”
Proyekan dari salah satu band math rock lokal terbaik asal Kalimantan, Murphy Radio. Jika di Murphy mereka membawakan math rock dengan nuansa midwest emo yang kental, Crève, Ouverte! mengambil jalur yang lebih agresif. Agak mengingatkan pada Melt Banana dengan pendekatan yang lebih modern. Sangat ditunggu karya-karya mereka berikutnya.