Merunut Perjalanan Musik Klasik di Indonesia
Walau merupakan tulang punggung perkembangan aliran musik modern, musik klasik kini sering terlupakan. Maka dari itu, penting bagi kita untuk berkenalan kembali dengan wibawa musik klasik yang melestarikan musik Indonesia saat ini.
Words by Emma Primastiwi
Ragam musik Indonesia merupakan hasil dari kerja keras dan kreativitas kita, rakyatnya. Namun di antaranya juga lahir dari pertemuan budaya dan pengaruh asing ke nusantara. Salah satu aliran musik yang kuat menempatkan akarnya di musik kita adalah kesenian musik klasik yang banyak menentukan berbagai bentuk musik yang kita dengar hari ini.
Di Indonesia, musik klasik telah memulai berbagai macam aliran musik khas Indonesia dan juga membantu melahirkan musisi – musisi legendaris dalam nusantara. Musik Klasik asal Eropa pertama datang di Indonesia di abad ke-18, walau hanya bisa dinikmati oleh rakyat Indonesia mulai di abad ke 19. Secara keseluruhan, musik klasik mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam dunia musik Indonesia. Ini bisa dilihat pada bagaimana lagu kebangsaan kita, “Indonesia Raya” ditulis dengan pengaruh musik klasik yang cukup dominan oleh W. R. Supratman.
Masuknya musik klasik Eropa mempunyai banyak pengaruh dalam perkembangan aliran musik di Indonesia, seperti musik Gambus, Jaipongan, Dangdut dan juga Keroncong. Sayangnya, sejak perkembangan dan popularitas musik modern, seperti hip-hop, elektronik, dan jenis musik lainnya, musik klasik Indonesia telah menjadi aliran musik yang sering terlupakan. Tetapi penting bagi kita untuk melihat kembali akar musik kita untuk mengembangkannya di masa yang akan datang. Untuk itu, mari kita jelajahi perjalanan musik klasik di Indonesia.
Memperkenalkan Musik Eropa kepada Musik Indonesia
Musik klasik Eropa pertama masuk ke Indonesia secara resmi di abad ke-18 pada masa penjajahan Belanda. Namun, musik asing dan instrumen – instrumen klasik sudah diperkenalkan kepada para musisi Indonesia dari era okupasi Portugis. Walau musik ini telah masuk ke Indonesia, pada saat itu nada dan bunyi mereka hanya bisa dinikmati oleh segelintir bangsawan Belanda dan pejabat – pejabat kaya. Hal itu dikarenakan musik ini yang hanya dimainkan saat perkumpulan para bangsawan dan pejabat dalam klub – klub elit dan juga pesta eksklusif yang tidak dapat didatangi rakyat lainnya.
Namun lama kelamaan, di pertengahan tahun 1930an, industri musik dan film Indonesia mulai memainkan musik klasik dan mengadakan pentas orkestra yang walau pada saat itu jarang diduduki oleh orang Indonesia, bisa mulai dinikmati oleh rakyatnya. Baru di abad ke-19, musik klasik bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia saat dibangunnya “Schouwburg van Batavia”, yang sekarang kita kenal sebagai “Gedung Kesenian Jakarta”. Uniknya, di masa ini Indonesia juga pernah menjadi destinasi banyak musisi klasik asing seperti Lili Kraus, Leopold Godowsky juga Pablo Calais.
Pengaruh Orkestra Klasik pada Perkembangan Aliran Musik Nusantara
Salah satu aliran musik Indonesia yang secara langsung dipengaruhi oleh masuknya musik klasik dan instrumen Eropa adalah keroncong. Keroncong berkembang sejak awal masuknya Portugis yang memperkenalkan instrumen Eropa kepada Indonesia. Pembawaan orkestra klasik mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam pembawaan musik keroncong, salah satunya adalah orkestra keroncong paling ternama pada saat itu, “Lief Java Orchestra” yang mempunyai pengaruh klasik besar dalam penggunaan instrumen flute pada awal lagu – lagunya. Saat itu, keroncong masih dilihat oleh para bangsawan Belanda dan kalangan elit lainnya sebagai musik kelas bawah. Hal ini kemudian berubah di tahun 1930-an, saat industri perfilman Indonesia mulai menyiarkan musik keroncong dalam program-programnya. Sekarang, Keroncong terkait sebagai musik dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Tokoh – Tokoh Legendaris Musisi Klasik di Indonesia
Selain mempengaruhi perkembangan aliran musik Indonesia yang telah berjaya sampai sekarang, masuknya musik klasik telah membantu melahirkan berbagai macam musisi legendaris yang telah mengharumkan nama Indonesia, dari mereka yang terlibat dengan dunia musik klasik secara langsung, sampai komponis lain yang sekedar terinspirasi olehnya.
Salah satu musisi Indonesia yang perlu disebut adalah Wage Rudolf Supratman, pengarang lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Saat masih bersinggah di Makassar, W.R. Supratman pertama mempelajari musik dengan kakak iparnya Willem Van Eldik, sampai akhirnya ia pandai bermain biola dan bisa mengarang lagunya sendiri, salah satunya kemudian diabadikan menjadi lagu kebangsaan kita, “Indonesia Raya”. Sejarah musik klasik juga hidup pada karya salah satu musisi penting kita, Ismail Marzuki. Dari sosok ini, tercipta lagu-lagu kebangsaan yang kita kenal sampai hari ini seperti “Halo-Halo Bandung”.
Tokoh lain yang harus disebut dalam sejarah musik klasik Indonesia adalah Gesang Martohartono, salah satu pelopor musik keroncong di Indonesia. Dengan bagaimana musik keroncong merupakan salah satu hasil turunan musik klasik, Martohartono telah membantu memperkenalkan musik klasik ke ranah publik sembari mengangkat status musik keroncong di mata rakyat Indonesia dan juga dalam skala internasional.
Idris Sardi, salah satu maestro biola Indonesia yang merupakan salah satu tokoh inspirasional dalam musik klasik Indonesia. Sardi pertama berkenalan dengan biola di umur 6 tahun dan mengembangkan bakat untuk itu sejak dini. Di umur 14 tahun, ia menjadi murid termuda yang diterima di SMIND (Sekolah Musik Indonesia) dan cepat meraih kedudukan sebagai concert master. Idris Sardi telah menggapai aklimasi tinggi dengan perannya dalam penyusunan musik film, yang memenangkannya penghargaan sebagai Penata Musik Terbaik dalam film “Pengantin Remaja”, “Perkawinan”, “Cinta Pertama” dan “Doea Tanda Mata”.
Di ranah musik klasik kontemporer, kita punya Slamet Abdul Sjukur. Pionir musik kontemporer Indonesia yang walau tidak terlalu dikenal banyak orang, tetapi mempunyai status legendaris dalam sejarah musik klasik. Ia telah diberikan berbagai penghargaan di Perancis, salah satunya Rekor Emas dari Académie Charles Cros untuk kreasi aransemennya dengan Angklung. Karena prestasinya sebagai musisi, ia memperoleh jabatan Officier de l’Ordre des Arts et des Lettres dari pemerintah Perancis, dan mendapatkan keanggotaan seumur hidup dari Akademi Jakarta.
Persilangan antara musik klasik dan musik tradisi juga hidup dalam karya Tony Prabowo yang juga merupakan tokoh biola sangat ternama di Indonesia. Ia pertama terjun dalam dunia musik klasik tanpa pendidikan musik sebelumnya. Selain mengidolakan Idris Sardi, Prabowo juga belajar dibawah bimbingan Slamet Abdul Sjukur yang membantunya meraih aklimasi internasional. Mostbet Casino offers players a convenient mobile app with its features and advantages. One of the main advantages of the app mostbet app download lies in its convenience and accessibility – it allows users to play their favorite games from any location with internet access. Selain komponis yang karyanya terkenal akan menggabungkan unsur – unsur musik Indonesia dengan musik klasik internasional, ia telah meraih berbagai prestasi internasional seperti karyanya “Requiem for Strings” yang telah dimainkan oleh Den Haag National Orchestra di Belanda. Kreasi Opera pertamanya berjudul “The King’s Witch” juga telah dibawakan oleh “New Juilliard Ensemble” di Alice Tully Hall tahun 2000.
Dalam ranah yang lebih populer, terdapat nama – nama seperti Addie MS, dan Erwin Gutawa. Addie MS, seorang komponis dan konduktor dari “Twilite Orchestra”. Selain berkarya bersama “Twilite Orchestra”, Addie MS juga aktif dalam industri perfilman Indonesia, namanya tidak asing dalam susunan soundtrack berbagai film Indonesia seperti “Biola Tak Berdawai”. Addie MS juga melestarikan musik Indonesia, seperti saat ia dan “Twilite Orchestra” dan Utha Likumahuwa pentas di Sydney Opera House untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Disana ia membawakan lagu – lagu kebanggaan Indonesia seperti “Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail Marzuki, dan “Bengawan Solo” karya Gesang Martohartono.
Semangat yang sama juga dihidupi oleh Erwin Gutawa yang bermain di antara musik pop dan klasik Indonesia. Merupakan seorang komponis, konduktor dan produser musik yang banyak bekerja bersama Ruth Sahanaya, Chrisye, Titi DJ, Krisdayanti dan juga Rossa, Erwin Gutawa semakin mempopulerkan musik klasik ke kuping masyarakat Indonesia, sejak itu semakin banyak band yang memasukkan elemen string ke musik mereka.
Di ranah musik klasik internasional, kita juga punya nama-nama yang menorehkan prestasi seperti Avip Priatna, adalah salah satu konduktor muda Indonesia yang sangat dikenal dalam skala internasional, ia telah berhasil membimbing Batavia Madrigal Singers (BMS), grup paduan suara asal Indonesia dalam meraih juara umum sekaligus memperoleh predikat Konduktor Terbaik dalam “International May Choir Competition Prof. Georgi Dimitrov” di Bulgaria pada tahun 2012. Selain itu, Iravati Sudiarso, seorang pianis asal Indonesia telah berhasil mengharumkan nama bangsa di dunia musik klasik International. Sudarso adalah salah satu orang Asia pertama yang menjadi solois piano di New York Philharmonic Orchestra. Ananda Sukarlan juga merupakan salah satu pianis unggul Indonesia, pencipta Rhapsodia Nusantara yang telah mendapatkan prestise dalam skala internasional, ia merupakan satu-satunya musisi Indonesia yang tercatat di buku “The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century”.
Musik Klasik dalam Musik Generasi Terkini
Meski jelas popularitasnya tak seperti musik asal barat lainnya, sampai sekarang musik klasik tetap hidup dalam berbagai bentuk. Beberapa diantaranya hidup dalam karya musisi terkini seperti Gardika Gigih dan Leilani ‘Frau’ Hermiasih. Gigih mengeksplorasi area musik klasik yang bersinggungan dengan musik folk, ambient dan post-rock, sedangkan Frau membawakan musik klasik dalam bentuknya yang minimalis. Musik klasik juga tak jarang hadir dalam panggung-panggung spesial musisi Indonesia, di mana band seperti Efek Rumah Kaca, White Shoes and The Couples Company hingga Burgerkill beberapa kali tampil dengan iringan orkestra. Beberapa nama yang menjadi langganan untuk penampilan seperti ini adalah Indra Perkasa juga Alvin Witarsa. Khusus Alvin Witarsa, ia bahkan sempat merilis proyek, “Strings Tribute” yang menyusun kembali lagu-lagu dari band independen dengan aransemen campuran klasik dan kontemporer.
Ada juga kolaborasi antara Random Brothers by Blood dan Dalilektra di acara ”Supersonik #27” yang tengah mengeksplorasi kreasi aransemen yang mempergunakan berbagai macam efek elektronik dalam pembuatan sebuah lagu, yang kemudian digabungkan dengan instrumen musik klasik yaitu piano dan juga strings bersama Armonia Quartet.
Musik klasik pada saat ini juga telah mempunyai pelantar yang lebih luas dengan adanya Komunitas Salihara yang mengangkat musisi dan seniman Indonesia dan memperkenalkan musisi dan seniman baru pada komunitas seni Indonesia. Ada juga Aula Simfonia yang telah menyandang pertunjukkan hebat dari berbagai musisi internasional dan lokal. Perkembangan – perkembangan platform seperti inilah yang menginspirasikan tumbuhnya kembali gairah untuk membangunkan musik klasik Indonesia, dari musisi – musisi kontemporer sampai gerakan orkestra klasik muda seperti “Indonesian Youth Symphony Orchestra”.
Dari berbagai contoh yang telah dijelaskan, bisa dilihat bahwa musik klasik yang tadinya cenderung terlupakan, telah berkembang dan mengintegrasi dalam musik modern Indonesia. Walau kehidupan musik klasik sempat turun, telah terlihat bahwa sejauh – jauhnya musik berjalan dan bereksplorasi, musik klasik yang telah menjadi basis dan rusuk musik Indonesia akan selalu kembali dalam dunia musik modern. Penting sekali bagi kita, tidak hanya pencinta musik klasik internasional tetapi juga pecinta musik lokal, untuk mengakui dan memahami pengaruh besar musik klasik yang telah membantu membangun dan mengembangkan aliran – aliran musik modern di Indonesia.