Film “Midnight” Sorot Isu Disabilitas di Korea Selatan dalam Alur Cerita Horror-Thriller
Mengulik lebih dalam film thriller garapan sutradara Kwon Oh-seung berjudul “Midnight” yang mengangkat isu dan hak-hak disabilitas tunarungu dalam alur film pembunuhan yang mencekam.
Teks: Inaya Pananto
Foto: Midnight
Tak bisa dipungkiri bahwa industri film Korea Selatan dalam tahun-tahun belakangan ini mengalami banyak peningkatan dari produksi dan sinematografi hingga jangkauan kepopuleran. Mulai dari kemenangan film “Parasite” di berbagai ajang penghargaan internasional seperti Golden Globe dan Academy Award hingga serial “Squid Game” yang tahun lalu menjadi sensasi dunia, industri perfilman Korea Selatan nampak sedang meniti jalan yang cerah.
Salah satu film layar lebar Korea Selatan yang tengah banyak mendapatkan perhatian adalah sebuah film bergenre horror thriller garapan sutradara Kwon Oh-seung yaitu, “Midnight”. Film ini menceritakan tentang seorang gadis tunarungu yang tidak sengaja menginterupsi seorang pembunuh berantai yang sedang beraksi, kejadian ini kemudian mengantarkan mereka dalam sebuah permainan petak-umpet mematikan beradu fisik dan kecerdikan yang berlangsung sepanjang malam.
Tokoh utama sepasang ibu dan anak tunarungu ini diperankan oleh Jin Ki-joo dan Gil Hae-yoon yang secara khusus mempelajari secara mendalam bahasa isyarat Korea untuk film ini. Selain itu, karakter pembunuh berantai bengis yang menjadi lawan main antagonis diperankan oleh aktor Wi Ha-jun yang banyak dikenal setelah peran integralnya dalam serial “Squid Game” tahun 2021 kemarin.
Konflik utama cerita ini dipicu oleh sifat diskriminatif dan misoginis dari sang pembunuh berantai yang memasang target merah pada kepala sang protagonis hanya karena ia merasa gadis muda dengan disabilitas adalah target mudah baginya. Hal ini yang menjadikannya begitu bergairah dalam usahanya mengeksekusi niat kejinya. Inilah dimana sutradara Kwon Oh-seung memasukkan pesan moral tentang diskriminasi kaum difabel dan peran aparat pemerintah dalam menanggulanginya.
Sebelumnya, juga di tahun 2021, film “A Quiet Place II” yang disutradarai oleh John Krasinski juga mengangkat cerita disabilitas tunarungu dengan mendedikasikan peran tunarungu dalam film tersebut kepada Millicent Simmonds yang merupakan aktor tunarungu. Film Korea lain yang juga telah mengangkat isu ini adalah “Silenced” yang diadaptasi dari kejadian nyata kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh tenaga pengajar di Sekolah Gwangju Inhwa yang khusus diperuntukkan kepada orang-orang tunarungu.
Naiknya berbagai interpretasi seputar disabilitas menunjukkan semakin kayanya cakupan representatif yang dapat dihadirkan dalam film untuk menjangkau kesadaran publik yang lebih luar terhadap topik ini.