Dengarkan EP Terbaru Aphex Twin “Collapse”, Ritme Elektronik Kisruh yang Terkontrol
Jawaban dari munculnya logo Aphex Twin di jalanan beberapa kota besar di dunia.
Teks: Winona Amabel
Foto: Aphex Twin
Ketika pada Juli sampai Agustus lalu muncul iklan logo Aphex Twin di jalanan beberapa kota besar di dunia seperti London, NYC, Los Angeles, dan Tokyo, internet pun gempar. Hal itu tentu mustahil dihindari, karena munculnya logo tersebut merupakan isyarat akan segera dirilisnya extended play baru oleh musisi elektronik Inggris, Richard D. James yang dikenal dengan moniker Aphex Twin. Nama Aphex Twin sendiri memang merupakan salah satu figur berpengaruh dalam lanskap musik tekno ambience dan intelligent dance music sejak tahun 90-an. Sejak kemunculan kembalinya setelah hiatus 13 tahun bersama “Syro” tahun 2014 lalu, Aphex Twin memang tidak pernah kehilangan daya tariknya.
EP baru yang disebut-sebut itu rilis 14 September lalu dengan tajuk “Collapse”. Terdiri dari 5 trek, EP ini merupakan dekonstruksi gelap akan dentuman tekno khas Aphex Twin. Para pendengarnya dapat merasakan suara entropis, elektro-mekanikal yang kisruh bercampur-baur, dengan desain ritme tidak berpola namun dibuat apik di bawah kontrol tangan James. Pengaruh album studionya tahun 2014 “Syro” juga terasa, namun dalam takaran yang cukup
Trek penyandang titel EP “T69 Collapse” dibuka dengan beat berestetika glitch, yang mana 2 menit kemudian berubah semrawut seperti scoring video game bernuansa gelap, didukung crooked bassline dan kick drum terdistorsi. Trek kedua “1st 44” menawarkan belantara elektro old-school yang dilanjutkan dengan trek ketiga “MT1 t29r2” berisi melodi mengawang dengan sentuhan synth. Intens dan beritme cepat. Trek keempat “abundance10edit[2 R8’s, FZ20m * a 909]” pun berbeda dengan yang lain. Kemudian EP akhirnya ditutup trek “pthex” yang memacu adrenalin dengan glitch, snare rolls tajam, dan nada-nada synth bersahutan.
Meski dengan banyak dekonstruksi komposisi dan permainan dalam desain ritmenya, James terlihat menangguhkan diri di dalam zona aman, berbeda dengan EP “Cheetah” atau album “Syro” yang lebih bereksperimentasi. “Collapse” menggunakan formula yang cenderung aman, hingga tidak ada trek yang terlampau istimewa atau menyuguhkan elemen kejutan. Jika “Collapse” dibuat oleh produser musik elektronik lain maka EP ini akan menjadi adikarya, namun ada standar tersendiri untuk Aphex Twin yang hanya bisa dibandingkan dengan karya-karya sebelumnya. Melihat rekam jejak Aphex Twin, memang wajar untuk selalu punya ekspektasi tinggi. Dan “Collapse” tidak mengkhianati pengharapan itu, hanya membuat kita lanjut berharap karya-karya mendatangnya punya letupan lebih.
“Collapse” bukanlah magnum opus Aphex Twin, namun karya ini tetap cerminan konsistensinya untuk selalu berjalan ke depan serta dapat diakui untuk masuk ke dalam deretan diskografi kanonnya.