Bagaimana Islam dan Hip-Hop Punya Lebih Banyak Kemiripan dari yang Kita Kira
Dari tradisi berbalas syair sampai konsep freestyle battle.
Teks: Ghina Prameswari
Foto: Bayt Al Fann
Seakan berada pada dua dunia berbeda, hip-hop dan Islam ternyata punya lebih banyak kesamaan dari yang kita kira. Dalam Islam, tradisi saling melempar syair dimulai dari kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap kesusastraan.
Salah satu upaya penyebaran agama Islam dilakukan dengan mengirim seorang penyair muslim untuk berbalas syair dengan penyair non-muslim lain. Konsep ini serupa freestyle battle dalam kultur hip-hop. Sebagaimana kepiawaian merangkai kata dan kemampuan linguistik yang baik diperlukan untuk dapat menghasilkan lirik, hal serupa berlaku pula dalam tradisi adu syair ini.
Islam & hip-hop have always been aligned. Historically, there was a poetry culture among Arabs where poets would battle each other. The Quran refers to these poets in many places with a whole Surah named Ash-Shu‘ara or The Poets
For #NationalHipHopDay a thread on Islam & hip-hop pic.twitter.com/s6x6gRCpWy
— Bayt Al Fann (@BaytAlFann) August 11, 2022
Bermula di Asia Tenggara pada abad kesebelas, adu syair pertama kali dilakukan lewat sebuah pergerakan bernama Qawwali. Qawwali sendiri diisi oleh berbagai penyair dan musisi yang mendedikasikan karya mereka untuk meningkatkan pemahaman publik terhadap Islam. Topik yang disampaikan pun beragam, mulai dari permasalahan sosial hingga kelompok teropresi. Syair layaknya lirik dalam hip-hop, digunakan sebagai corong untuk menyuarakan ketidakadilan.
Ideologi Islam turut diselipkan dalam beberapa lagu hip-hop. Salah satunya datang dari grup asal Harlem, The Last Poets, yang terbentuk pada tahun 1968. Salah dua anggota dari grup ini, Jalal Nuriddin dan Suleiman El-Hadi, dikenal vokal dalam menyampaikan kesulitan yang mereka hadapi sebagai kelompok minoritas di Amerika Serikat. Lirik-lirik tersebut lantas dilebur dengan berbagai nilai dan pemahaman yang mereka miliki sebagai seorang muslim.
Oleh para pionir hip-hop seperti Rakim, Nas, dan Mos Def (sekarang bernama Yasiin Bey), nilai islami dimanfaatkan untuk membahanbakari semangat dalam gerakan kelompok kulit hitam. Menarik nilai-nilai tersebut ke luar dari konteks religius, MCs seperti Nas dan Yasiin Bey memberi pengingat akan bagaimana nilai dari semua agama didasarkan pada sebuah ideologi universal; rasa kasih dan kebajikan.
Sampai dengan saat ini, referensi Islam masih dapat ditemukan dalam berbagai lirik rap. Beberapa di antaranya termasuk single hit A$AP Ferg pada tahun 2017 “Plain Jane” dan pada versi remix dari lagu “Sweeterman” karya Drake.