Album Kompilasi “Arsip Sinar Pagi” Menjadi Bukti Bahwa Kancah Musik Medan Terus Bergeliat
Album kompilasi berisi sepuluh band independen Medan ini sudah dirilis dalam bentuk kaset oleh Gabe Gabe Tapes, sementara format digitalnya akan tersedia di The Store Front dan Bandcamp.
Teks: Daniet Dhaulagiri
Foto: Gabe Gabe Tapes
Pada tahun ‘90-an hingga awal 2000-an merupakan era di mana dokumentasi dan pengarsipan adalah kelemahan para musisi arus samping/independen, pada saat itu teknologi belum secanggih sekarang, merekam lagu bukanlah hal yang mudah, terlebih akan lumayan menguras uang karena cukup mahal. Hal ini hampir menjadi kekurangan kancah musik independen di setiap kota, termasuk Medan.
Zaman sudah berubah, teknologi berkembang sangat pesat, merekam lagu untuk saat ini sudah bisa dilakukan di dalam rumah dan bisa menghasilkan kualitas yang mumpuni. Hadirnya media sosial dan platform digital streaming akhirnya mampu mengurangi masalah lainnya, penyebaran musik tak lagi dibatasi oleh dimensi ruang. Kini pencetak band-band yang berkualitas tidak hanya datang dari kota besar semacam Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta lagi. Medan pun memiliki sulut apinya tersendiri, meski tak terlalu besar dan berkobar, setidaknya api itu tak dibiarkan padam.
Akhirnya beberapa pelaku kancah musik Medan seperti Kirana Broadcast, Madafaka Records, Broken Strings Studio, Teras Benji, Huria! Records, Pesona Experience, dan Gabe Gabe Tapes berinisiasi untuk membuat sebuah album kompilasi yang diberi tajuk Arsip Sinar Pagi. Mereka memboyong sepuluh band lintas generasi dan lintas genre. Singkatnya, Arsip Sinar Pagi adalah evolusi kancah musik di Medan selama 18 tahun (2002-2020).
Sepuluh band yang berpartisipasi di dalam album kompilasi ini yakni MTAW, Suarasama, Beetleflux, No One Cares, Moongazing & Her, The Cangis, Kognes Park, Hello Benji and The Cobra, Pullo, dan Korine Conception. Arsip Sinar Pagi adalah bukti jika Medan memiliki musik yang sangat variatif; dari experimental, psychedelic funk, post-punk, harcore punk, shoegaze, indie rock, hingga indie pop.
Merdi Simanjuntak dari Diskoria memberi komentar mengenai keberagaman tersebut, “Medan sendiri merupakan kota yang sangat menarik, seperti melting pot untuk Pulau Sumatra, jadi bisa dibayangkan betapa diverse-nya pengaruh kultural yang ada di tengah-tengah masyarakatnya. Mungkin singkatnya di kepala saya ‘Kota ini pasti akan menelurkan banyak band dan musisi dengan karya yang beragam dan menarik.’”
Arsip Sinar Pagi bisa dibilang menjadi salah satu antitesis untuk perkara jawa-sentris dalam kancah musik. Anida Bajumi dari Ordo Nocturno menyampaikan poin yang sama, “Kota Medan dikenal karena berbagai hal; dari suku dan ras yang beragam sampai wisata kuliner yang luar biasa nikmat. Bagaimana dengan scene musiknya? Hal yang tak perlu ditanyakan lagi melihat banyaknya nama-nama yang tersiar dari kota ini sejak beberapa tahun silam. Bahasan kalau musisi dari luar Pulau Jawa ‘tenggelam’ sudah basi. Zaman sekarang kalian punya banyak media untuk mencari info di luar tempatmu berada.”
Arsip Sinar Pagi sudah dirilis pada tanggal 18 Desember lalu bersama sebuah buklet digital. Gabe Gabe Tapes memilih merilis album ini secara fisik dalam bentuk kaset, sementara untuk pembelian format digitalnya kalian bisa menuju ke The Store Front dan Bandcamp.