Akibat Kontroversi Keamanan Data, Potensi Pemblokiran TikTok Dilihat sebagai Ancaman bagi Industri Musik Amerika Serikat
Pertimbangan administrasi Trump untuk memblokir aplikasi tersebut dilihat sebagai hambatan oleh label rekaman dalam mempromosikan musik-musik baru di ruang digital.
Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Doja Cat
Kontroversi seputar aplikasi TikTok dan keamanan data pengguna kini telah menimbulkan kemungkinan untuk diblokirnya aplikasi tersebut di Amerika Serikat. Pengoleksian data pengguna aplikasi tersebut pun memicu administrasi Presiden Donald Trump untuk mempertimbangkan keputusan tersebut dan telah menimbulkan kecemasan di kalangan pegiat industri musik Amerika Serikat. Hal ini karena selain sebagai bentuk platform hiburan, TikTok juga telah dilihat sebagai sarana yang mampu mengangkat popularitas musik-musik baru dari para musisi di negara tersebut.
Dengan skema penggunaan musik sebagai latar konten dance, memes, hingga skit pendek, TikTok telah mengangkat banyak karya-karya musisi lintas negara. Beberapa di antaranya adalah “Roxanne” oleh Arizone Zervas, “Savage” oleh Megan Thee Stallion, dan “Say So” oleh Doja Cat. Penggunaan musik dalam aplikasi tersebut pun telah mendorong musisi-musisi tersebut ke posisi yang lebih tinggi juga dalam tangga musik. Selain itu, para label besar juga bergantung dengan aplikasi tersebut sebagai pengganti promotional tours di tengah pandemi COVID-19.
Menurut sebuah laporan yang dilansir oleh Rolling Stone, potensi pemblokiran ini juga dapat menghalangi musisi-musisi baru untuk mengumpulkan pendengar melalui ruang digital. Terlebih lagi dengan banyaknya label yang telah bekerja sama dengan aplikasi TikTok ini, baik itu secara langsung maupun melalui figur-figur publik di aplikasi tersebut.
Untuk sementara ini, para pekerja industri musik dan label-label besar pun sedang mempertimbangkan untuk mempersiapkan platform alternatif sebagai pengganti TikTok jika aplikasi tersebut akan resmi diblokir di Amerika Serikat.
Sebelumnya, TikTok juga telah menuai kritik dan kontroversi seputar keamanan data serta sensor konten mereka seperti sensor tagar gerakan Black Lives Matter dan pemblokiran aplikasi tersebut di India pada akhir Juni silam.