Motor Seni Terkini
Beberapa kolektif seni dari Bali hingga Semarang yang patut dikenal namanya.
Bicara seni, ia membutuhkan bantuan dari para pelaku maupun aktivis yang mampu menyebarkan idealismenya, baik secara gerilya maupun blak-blakan. Adalah kolektif seni yang menjadi motor di balik gerakan seni yang bermunculan di beberapa periode signifikan dalam dunia seni Indonesia. Seiring perkembangan zaman, kini banyak kolektif menjamur dengan premis beragam. Berikut adalah beberapa yang patut dikenal namanya.
Malaria House
Lahir di tahun 2016, alih-alih berfokus pada kesenian kontemporer atau budaya berselancar di Bali, Malaria House menjadi wadah ragam kesenian Indonesia dan global, mulai dari seni rupa, musik hingga film. Sesuai dengan tuntutan era masa kini, kolektif inipun menawarkan format video dalam memperkenalkan emerging artist yang sejalan dengan ideologi mereka.
Hysteria
Kolektif artis berbasis di Semarang ini fokus pada isu kota, anak muda dan komunitas. Memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem suportif terhadap budaya seni kontemporer, Hysteria menawarkan laboratorium bagi para sosok kreatif untuk bekerja lintas disiplin. Adapun program yang rutin dilakukan adalah Kotak Listrik yang menampilkan live music elektronik noise, Grobak Bioskop berisi pemutaran rutin film dengan konsep keliling kampus, komunitas, kampung, dan ruang publik di kota, serta Art Lab yang memfasilitasi ruang berkarya pada seniman muda, diskusi serta screening film indie.
Pojok Rintang
Muncul dengan premis sederhana, Pojok Rintang dikenal sebagai kolektif di Semarang yang aktif dalam kegiatan mural dan menjual produk patch manual. Bermula mengecat kampung di Citarum dengan mural, kini mereka aktif menghiasi beragam kafe di Semarang dengan karakter khas mereka, yakni liar dan witty.
Siasat Partikelir
Pada dasarnya kota-kota besar di Indonesia memiliki porsi di dalam kolektif ini. Berisi bermacam kontributor dan konten, Siasat Partikelir menjadi wadah referensi dan diskusi tentang seni, film, kultur bahkan entertainment dan kuliner yang dikemas dengan ringan sebagai upaya agregasi cerita dari beragam sosok kreatif yang sejalan dengan visi mereka.
Pena Hitam
Malang dan skena musiknya memang dikenal garang, namun berjalan beriringan dengannya adalah seni rupa/ilustrasi. Pena Hitam menjadi salah satu yang berada di garis depan dengan kesederhanaan visi, yakni belajar menggambar hingga membangun ekonomi alternatif minimal secara individu maupun kolektif. Berkat visi tersebut, Pena Hitam kini tersebar di berbagai kota dan berhasil menjadi inkubator emerging artist yang ingin mengeksplorasi ilustrasi maupun drawing.
Ace House Collective
Keterbukaan dan ide gila menjadi ciri khas dari kolektif ini. Terdiri dari seniman dengan cara pandang sama, Ace House Collective memiliki pola menejemen organik yang mengizinkan tiap anggota menjadi kurator, staf ataupun direktur. Adapun bukti keunikan network kolektif ini adalah kedekatan mereka dengan skena anak muda sehingga bentuk proyek maupun pameran yang mereka tampilkan bersifat multidisiplin. Salah satu yang terkenal proyeknya adalah Ace Mart yakni mini market yang menjajakan karya seni berdampingan dengan dagangan lain, seperti kopi sachet hingga korek api.