Miranda July Memotret Realita Kehidupan Imigran
Karya seni terbaru dari Miranda July berjudul “I’m the President, Baby”
Foto: Victoria & Albert Museum
Seniman dan sineas film, Miranda July, baru saja mempresentasikan karya seni terbarunya berjudul “I’m the President, Baby” di Museum Victoria & Albert, London. Lewat karyanya, July ingin mengeksplorasi potensi smart devices yang tujuan utamanya adalah sebagai sesuatu yang fungsional menjadi sebuah alat yang dapat merepresentasikan keadaan emosional dan kisah hidup seseorang.
Adapun cerita di balik karyanya adalah pengalamannya pada tahun 2015, ketika bertemu dengan Oumaru Idrissa saat ia memesan “Uber” untuk pergi bertemu Rihanna di Malibu, California. Mereka terus menjalin hubungan pertemanan sampai pada akhirnya mereka bersama-sama tinggal di sebuah tempat di mana mereka tempati dalam shift yang bergantian – July dari pagi sampai malam, Idrissa dari malam sampai pagi.
Idrissa pun berbagi cerita bahwa sejak datang ke Amerika Serikat dengan student visa yang pada akhirnya habis masa berlakunya, ia kemudian menjadi imigran gelap. Selama bertahun-tahun, Idrissa mengidap insomnia kronis yang disebabkan oleh kegelisahan berlarut karena ancaman deportasi yang bisa terjadi kapan saja. Setiap malam, ia selalu terbangun setiap beberapa jam karena bayangan petugas imigrasi yang sudah ada di depan pintu rumahnya. Sekarang, walaupun Idrissa telah memperoleh status kewarganegaraan Amerika Serikat, ia tetap mengidap insomnia dan hanya dapat tidur 4 sampai 5 jam sehari.
July lalu menjadikan Idrissa sebagai subyek untuk “I’m the President, Baby” yang menggunakan teknologi untuk memproduksi potret kehidupan Idrissa secara live. Selama 6 bulan, kehidupan Idrissa di Los Angeles akan terekam secara langsung mulai dari waktu komunikasi via “WhatsApp”, masa tidur hingga waktu kerja sebagai pengemudi “Uber”, melalui program sleep monitor di kasur dan program di telepon genggamnya yang terhubung ke 4 smart curtains di museum Victoria & Albert, London.
Setiap tirai merepresentasikan aktivitas yang berbeda-beda. Tirai biru yang tertutup menunjukan waktu tidur Idrissa, dan jika tirai tersebut bergerak-gerak itu berarti ia tidur dengan gelisah. Tirai coklat yang terbuka berarti Idrissa sedang menggunakan aplikasi messenger “WhatsApp” dan sedang berkomunikasi dengan keluarganya di Niger, Afrika. Tirai berwarna pink yang terbuka menunjukkan bahwa Idrissa sedang bekerja sebagai pengemudi “Uber”. Lalu, jika tirai hijau terbuka, hal itu berarti Idrissa sedang mengakses aplikasi media sosial “Instagram”.
Lewat karya “I’m the President, Baby”, July ingin memperlihatkan realita kehidupan para imigran, di mana mereka yang tergolong 3.4% dari total populasi Amerika Serikat selalu hidup di bawah pengawasan dari pemerintah dan selalu merasakan adanya ancaman deportasi. Karyanya adalah sebuah proyek visual yang menyentuh beberapa tema, dari kapasitas teknologi sebagai penghubung antar benua, tidur sebagai suatu hal yang berharga dan universal, hingga dampak politik ke kehidupan personal. Namun, salah satu hal terpenting adalah bahwa ada banyak cerita yang bisa dipelajari dari seorang pengemudi untuk “Uber”.