Tidak Lagi Kaku, Sistem Pelaporan Terbaru Twitter Lebih Berfokus pada Symptoms
Media sosial Twitter saat ini tengah melakukan uji coba untuk sistem report terbarunya, yaitu penggunaan pilihan ganda untuk mengidentifikasi jenis pelanggaran berdasarkan symptoms.
Teks: Hafiza Dina
Foto: Sara Kurfeß/Unsplash
Kebebasan berpendapat di media sosial sering kali dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk mengunggah hal-hal yang tidak pantas, tak jarang juga yang justru cenderung membahayakan orang lain. Guna menindak orang-orang tersebut, tiap platform media sosial pun tidak luput menyediakan fitur laporan atau report, baik untuk melaporkan satu-dua tweet saja, atau langsung satu akun keseluruhan. Begitu juga dengan Twitter, platform media sosial yang cenderung berbasis tulisan.
Sayangnya, fitur report yang disediakan oleh Twitter kerap menimbulkan kebingungan di antara para penggunanya, terutama terkait dengan alasan pelaporan dan jenis tindakan yang dilakukan oleh akun bersangkutan. Tak jarang pula, jenis tindakan berbahaya yang ingin dilaporkan tidak tersedia di antara opsi yang sudah Twitter sediakan. Oleh sebab itu, Twitter meluncurkan sebuah inisiasi baru untuk fitur report di platform-nya yang digadang-gadang bisa mempermudah individu untuk melakukan pelaporan tanpa perlu kebingungan lagi.
Sistem pelaporan yang sedang diuji coba oleh Twitter ini dijalankan bak konsultasi antara dokter dan pasien. Twitter━sang dokter━tidak lagi membiarkan para penggunanya━sang pasien━untuk melakukan self-diagnose atas “penyakit” alias pelanggaran yang dilakukan oleh suatu akun. Sebagai gantinya, Twitter akan “berdialog” dengan para pengguna melalui pemberian beberapa pertanyaan pilihan ganda terkait ciri-ciri pelanggaran yang dilakukan, yang tentu bisa menjelaskan mengenai tindakan yang akan dilaporkan. Dari jawaban-jawaban yang dipilih tadilah, Twitter akan menyimpulkan jenis pelanggaran yang akan dilaporkan dan meminta konfirmasi dari sang pengguna. Barulah, Twitter akan membaca ulang laporan yang diajukan, melakukan investigasi lanjutan, dan memutuskan tindakan yang akan diambil terhadap pelaporan tersebut.
Pilihan ini diambil mengingat pilihan pelanggaran yang disediakan dan didefinisikan oleh Twitter dapat dibilang cukup terbatas. Padahal, menurut Renna Al-Yassini, seorang Senior UX Manager, jenis tindakan yang dilaporkan oleh para pengguna jauh lebih luas dan beragam dibandingkan pilihan pelanggaran yang sudah disediakan Twitter. Dengan adanya dialog dua arah semacam ini antara pengguna dan platform, Twitter akan mengadopsi laporan-laporan yang masuk untuk perbaikan bagi aturan yang mereka sediakan.
Saat ini, sistem report terbaru dari Twitter ini baru diujicobakan pada sebagian pengguna di Amerika Serikat. Tahun depan, Twitter berencana untuk memperluas sasaran uji coba untuk sistem ini.