KEMBALI 2020: A Rebuild Bali Festival, Merespon Konflik Dunia dengan Mempromosikan Budaya Bali ke Ranah Internasional
Sebagai respon terhadap pandemi dan konflik dunia, KEMBALI20 ingin mendorong budaya Bali yang dipengaruhi oleh pandemi.
Teks: Niskala H. Utami
Foto: KEMBALI 2020
Konflik rasisme, pemanasan global, kemiskinan, dan pandemi telah mengguncangkan semua makhluk hidup. Pertanyaan kapan situasi membaik dan kapan bisa “kembali” ke kehidupan sebelumnya mengawang di pikiran orang. Di saat semua orang dianjurkan untuk tetap di rumah dan meminimalisir perjalanan, pendiri dan direktur Ubud Food Festival dan Ubud Writers & Readers Festival, Janet DeNeefe percaya bahwa komunikasi di saat ini harus dijaga dan diperkuat.
Ubud Food Festival dan Ubud Writers & Readers Festival lahir sebagai respon dari tragedi bom Bali untuk menbangkitkan Bali yang sempat jatuh. Diselenggarakan setiap tahun, festival ini merayakan dan mengenalkan budaya Bali ke market Internasional. Melihat konflik-konflik yang telah berkembang tahun ini, Janet DeNeefe menjadi tekad untuk mengadakan festival tersebut sebagai upaya untuk membangun positivisme masyarakat Bali. Berkat pandemi, festivalnya akan dilaksanakan secara daring dengan nama baru: KEMBALI 2020: A Rebuild Bali Festival.
Berasal dari kata dasar “kembali”, konsep KEMBALI20 merujuk pada harapan bahwa semua akan pulih dan berdiri lagi setelah pandemi selesai. Berlangsung secara daring, KEMBALI20 dapat memperluaskan jaringan dan mencapai lebih banyak audiens di seluruh dunia. Janet DeNeefe melihat potensi festival ini yang bisa mempertemukan para pegiat kreatif Bali dan Indonesia dengan pegiat dari luar negeri.
Untuk memperkenalkan KEMBALI20, Janet DeNeefe mengadakan konferensi pers yang dilaksanakan pada Senin (26/11) kemarin. Janet memulai konferensi dengan menceritakan sedikit latar belakang tentang KEMBALI20. Topik komunitas dan komunikasi menjadi tekanan terbesar atas mengapa festival ini harus diselenggarakan, walau kondisi dunia seperti ini.
Janet didampingi oleh pembicara lain saat pada konferensi pers tersebut. Pembicara yang hadir termasuk travel blogger Agustinus Wibowo, jurnalis dan environmentalist Bandana Tewari, penulis buku “Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia” Ben Bland, penyair dan novelis Bali Oka Rusmini. Para panels memberikan sambutan dan harapan mereka terhadap festival ini.
Agustinus Wibowo bercerita tentang profesinya sebagai “travel blogger yang tidak bisa travel” dan pengalamannya ketika mengalami pandemi SARS di Cina pada awal tahun 2000. Bandana Tewari berbincang tentang busana dan pentingnya peran konsumen dalam menentukan masa depan sustainable fashion di industri. Ben Bland membahas sedikit tentang bukunya, dan bagaimana ia harus bisa menemukan jembatan antara market Indonesia dan market dunia. Terakhir, Oka Rusmini juga membahas bukunya “Men Coblong” yang akan terbit 5 November besok. Oka Rusmini menekankan budaya perempuan di Bali yang berhadapan dengan “tabu, rambu, dan teror”. Sebagai perempuan Bali sendiri, Oka Rusmini ingin menulis secara jujur dan terbuka.
Agustinus Wibowo, Bandana Tewari, Ben Bland, dan Oka Rusmini, akan menjadi pembicara utama pada program masing-masing . Selain mereka, KEMBALI20 menghadirkan pembicara Indonesia dan pembicara luar lain untuk membahas topik-topik terkait budaya seperti sastra, musik, literasi, film, busana, dan kuliner. Nicholas Saputra, .Feast, Eka Kurniawan, Dee Lestari, dan David Byrne, merupakan beberapa pembicara yang akan hadir besok.
Festivalnya sendiri akan digelar pada 29 Oktober – 8 Oktober 2020. Jadwal acara secara keseluruhan sudah bisa dilihat di situs resmi untuk KEMBALI20.