Kanada akan Menuntut Transparansi Lebih dari Influencer dan Brand
Melalui The Canadian Competition Bureau, Kanada akan meninjau regulasi skema influencer marketing.
Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Hypebeast
Maraknya skema influencer marketing telah memicu The Canadian Competition Bureau untuk mengkaji kembali regulasi-regulasi skema influencer marketing dalam upaya meningkatkan kualitas pasar dan mengurangi penyebaran klaim palsu dari produk yang di-feature oleh sosok influencer. Layaknya di Amerika Serikat, mulai tahun ini Kanada juga akan mewajibkan influencer untuk menjadi lebih transparan dalam konten endorsement mereka dengan mengaitkan tagar #ad atau #sponsored pada tiap endorsement post dari brand. Hal ini terutama pada produk kesehatan dan kecantikan yang kerap mengklaim manfaat positif dari produk mereka meski belum tentu dapat dibuktikan secara ilmiah.
Untuk mendukung regulasi tersebut, The Canadian Competition Bureau, instansi penegak hukum perdagangan independen di Kanada, juga mengingatkan para influencer akan tanggung jawab mereka untuk selalu memberi honest review berdasarkan pengalaman pribadi. The Canadian Competition Bureau pun menekankan bahwa penyebaran klaim palsu dan informasi yang tidak tepat ini bisa berujung pada tindakan hukum. Salah satu isu konten sponsor yang cukup menarik perhatian baru-baru ini adalah kasus konten sponsor Proactiv yang dibawa oleh Kendall Jenner, di mana ia kerap mengunggah konten yang membahas tentang isu-isu self-esteem yang ternyata merupakan skema sponsorship dari Proactiv.
Skema influencer marketing bisa dibilang adalah salah satu zeitgeist budaya yang mendefinisikan generasi pengguna media sosial, terutama pada platform Instagram dan YouTube. Maraknya strategi influencer marketing dalam industri fashion dan beauty telah menjadi sorotan kritik, terutama mengenai etika dan kredibilitas dibalik skema tersebut. Terlebih lagi setelah tersebarnya kabar bahwa sosok influencer kelas atas dan tersohor seperti Kylie dan Kendall Jenner mampu meraup keuntungan sebesar $750,000 hanya dengan mengunggah satu sponsored post di Instagram.
Fenomena influencer marketing ini bisa dibilang sebuah strategi pemasaran yang ampuh dan populer karena ia memanfaatkan adanya koneksi atau relatability antara konsumen dan influencer yang secara lambat laun dapat memengaruhi pola konsumsi pengguna media sosial. Apalagi ketika produk yang di-highlight dibuat terlihat natural dan menarik dari aspek product placement, atau penempatan produk, di suatu foto Instagram maupun video YouTube. Adanya kerjasama sponsorship yang tersembunyi antara brand dan influencer dibalik konten media sosial inilah yang memicu kegelisahan mengenai transparansi pasar. Di mana suatu brand bisa saja dengan mudah mengklaim manfaat yang palsu atau mungkin bahaya, tapi tetap saja meraup keuntungan besar karena adanya koneksi dengan sosok influencer yang jumlah followers yang cukup substansial.