Foto: TimesTalks.com

Jika mendengar nama Marina Abramovic dan Pussy Riot, pasti teringat kumpulan karya masing-masing yang termasuk ekspansif dan nekat. Abramovic adalah seorang performance artist asal Serbia yang tak kenal batas dengan terus menerus menampilkan seni pertunjukan yang tergolong berani seperti “Rhythm 0”, “Lips of Thomas”, hingga “The Artist is Present”. Sementara Pussy Riot adalah kolektif dan band punk rock asal Russia yang menentang isu censorship, kebrutalan polisi, dan ketegangan politik melalui musik, seni, dan protes mereka. Pada tanggal 14 Mei depan, Abramovic dan Nadya Tolokonnikova dari Pussy Riot akan dipersatukan lewat acara diskusi publik yang diselenggarakan oleh The New York Times. Acara ini akan menjadi platform untuk mendengar pendapat dari kedua seniman tentang cara menciptakan seni protes di era modern dan juga sistem sosial dan politik yang dilalui keduanya saat berkarya.

Tolokonnikova dan member Pussy Riot lainnya akan memulai tur mereka di Amerika Serikat sepanjang bulan Mei tahun ini, sembari mengungkapkan karya audiovisual dan pertunjukan terbarunya yang mengenai sistem kepenjaraan, ketombe hingga farmasi besar. “Elections”, salah satu karya audiovisual terbaru mereka adalah hasil kolaborasi dengan Oleg Navalny, tahanan politik Rusia yang menerima hukuman 3,5 tahun akibat tuntutan penggelapan yang dianggap dibuat-buat. Karya tersebut adalah sebuah cerminan atas kelanjutan kepresidenan Putin sebagai hukuman penjara bagi Rusia.

Sementara itu, Abramovic sendiri baru saja mengumumkan karya seni terbarunya di mana ia akan disengat listrik sebesar 1 juta volt dan mematikan lilin hanya dengan menunjuknya. Pertunjukan nekat tersebut akan berlangsung di Royal Academy of Arts, London pada tahun 2020, menjadikannya sebagai perempuan pertama yang mengambil alih galeri tersebut untuk pertunjukan besar.

Tiket untuk acara Times Talk dengan Marina Abramovic dan Nadya Tolokonnikova dapat dibeli di sini.