Joey Alexander Bicara Tentang Keseimbangan, Inspirasi dan Identitas Diri
Mengenal lebih dekat salah satu musisi jazz muda berprestasi asal Indonesia, Joey Alexander.
Words by Emma Primastiwi
Diperkenalkan dengan musik sejak dini, Joey Alexander tidak menyangka dorongan kecil itu dapat melahirkannya sebagai salah satu musisi jazz terbesar di Indonesia. Di usia 7 tahun, ia telah menguasai teknik improvisasi piano walau baru mulai mempelajari piano setahun sebelumnya. Kini, di usia 15 tahun, Joey telah berhasil meraih berbagai prestasi internasional melalui karya-karyanya. Dari nominasi Grammy Awards sampai charting di Billboard 200, Joey Alexander menceritakan proses kesuksesannya sampai menyeimbangkan karir dengan menjadi anak yang ‘normal’ dengan Whiteboard Journal kali ini.
Pertama kali berkenalan dengan piano pada usia 6 tahun. Apakah Anda ingat lagu pertama yang dipelajari?
Andai saya bisa mengingatnya. Namun satu-satunya yang saya ingat hanyalah bermain-main piano saja.
Belajar piano secara otodidak merupakan salah satu bagian penting dalam proses belajar Anda. Kapan Anda memutuskan untuk menerima pengajaran profesional?
Pada awalnya, pengajar profesional saya membagikan pengetahuannya, namun selebihnya saya belajar sendiri. Bermain di sesi jamming sifatnya vital bagi proses belajar saya, karena jazz itu sendiri sejatinya tentang musik yang diimprovisasi dan otodidak, Anda harus mencari tahu dan menemukan cara sendiri.
Bermain di sesi jamming sifatnya vital bagi proses belajar saya.
Apakah Anda merasa ada perkembangan atau perubahan yang nyata dari album pertama hingga sekarang?
Sekarang saya menampilkan lebih banyak gubahan musik orisinil, serta bermain dengan lebih bebas lalu menjadikannya sebuah lagu. Seperti yang kami lakukan pada “Eclipse”. Yang saya maksud kami adalah saya sendiri, Eric Harland pada drum, dan Reuben Rogers pada bass.
Bagaimana Anda memposisikan karya dan diri sendiri sebagai musisi di dunia jazz yang sudah penuh dengan ikon?
Dengan selalu menjadi diri sendiri.
Bagaimana pendapat Anda tentang lanskap musik kontemporer Indonesia?
Ada begitu banyak musisi muda yang bertalenta.
Apakah Anda memiliki hobi yang menginspirasi karya musik Anda?
Saya terinspirasi dari segala hal yang ada di sekitar saya, terutama orang-orangnya.
Adakah musisi yang Anda kenal ataupun dengarkan yang menginspirasi karya anda?
Mereka semua menginspirasi, termasuk musisi yang pernah berkolaborasi dengan saya. Karena ketika kami bermain bersama, maka sebetulnya kami sedang menginspirasi satu sama lain.
Ketika kami bermain bersama, maka sebetulnya kami sedang menginspirasi satu sama lain.
Bagaimana Anda menyeimbangkan diri sebagai seorang musisi jazz profesional dengan menjadi anak-anak ‘normal’?
Hmm, saya berumur 15 tahun, seorang remaja (sudah bukan anak-anak), seorang musisi, sekaligus seorang manusia. Pertama adalah, menjadi seorang manusia.
Bagaimana pendapat Anda tentang pentingnya pendidikan umum dibandingkan dengan pendidikan musik?
Semuanya penting namun ketika Anda sudah memiliki karir, maka Anda perlu memfokuskan untuk hal yang paling penting.
Apakah kami akan melihat Anda di panggung Grammy lagi dalam waktu dekat?
Hanya Tuhan yang tahu.
Apa proyek kedepannya untuk Joey Alexander?
Saya akan menampilkan gubahan orisinil saya dengan alat strings di Jazz at Lincoln Center, New York, Oktober mendatang.