Who, What, Why: Bagirata
Platform subsidi silang sebagai solusi bottom-up dalam menghadapi krisis finansial dari pandemi global.
Teks: Annisa Nadia Harsa
WHO
Bagirata adalah sebuah inisiatif berupa platform subsidi silang yang dibentuk pada pertengahan Maret 2020 lalu sebagai tanggapan terhadap krisis finansial yang timbul akibat COVID-19. Bantuan ini ditujukan bagi para pekerja yang terkena dampak unpaid leave dan PHK semenjak adanya keterbatasan aktivitas sebagai bagian dari kebijakan social distancing atau PSBB. Sebagai solusi, Ivy, Elham, Lody, dan Reza kemudian memutuskan untuk membuat sebuah jaring pengaman finansial dalam bentuk kolektif online yang mengajak publik yang masih bergaji untuk saling mendukung mereka yang telah putus kerja agar tetap bisa bertahan dan menjaga keberlangsungan hidup di tengah pandemi. Mediasi teknologi melalui Instagram sebagai platform pun merupakan upaya dari tim Bagirata untuk menjembatani para pemberi atau penerima subsidi silang guna memeratakan dampak finansial di tengah pandemi.
WHAT
Guna mencapai objektif mereka untuk meredakan dampak finansial di tengah pandemi, Bagirata menyediakan fasilitas redistribusi kekayaan yang dilaksanakan secara mikro dan rutin. Redistribusi tersebut pun terjadi antara mereka masih diberi gaji dan harus bekerja di rumah serta mereka yang telah putus kerja atau dalam kondisi unpaid leave. Pada dua bulan pertama, Bagirata berfokus pada pekerja di bidang service, hospitality, kreatif, seni, budaya, dan gig economy. Dalam kurun waktu tersebut, Bagirata telah berhasil mengumpulkan dan mendistribusi dana sebesar Rp 210.472.422 ke 947 pekerja. Meski demikian, platform tersebut ingin memperluas cakupan layanan mereka ke semua golongan pekerja yang terdampak, termasuk pekerja industri media dan penerbangan yang baru saja di-PHK, serta perawat. Tak hanya itu, Bagirata juga telah meluncurkan kampanye pada Hari Buruh yang telah membantu 95 pekerja untuk memenuhi kebutuhan dana minimum dengan mengumpulkan dana yang hampir meraih 50 juta.
Bagirata memiliki cara kerja yang transparan dalam proses redistribusi kekayaan publik di tengah pandemi ini. Pemilihan penerima dana pun harus melalui tahap verifikasi identitas serta kelayakan kandidat penerima dana tersebut, termasuk sektor industri serta detail mengenai profesi. Kemudian, platform Bagirata akan mengacak sepuluh calon penerima dana yang akan menerima kontribusi berdasarkan hit count dalam platform tersebut. Jika nama penerima telah mendapat bantuan yang cukup, posisi tersebut pun akan diberikan bagi mereka yang lebih membutuhkan. Guna mempermudah akses bagi penerima dana untuk menggunakan donasi tersebut, Bagirata memiliki sistem dompet digital seperti Gopay, Dana, ataupun Jenius agar dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
WHY
Dalam visi misi mereka, Bagirata ingin platform mereka menjadi sebuah alat yang mampu memperkecil ketimpangan sosial dan ekonomi sebagai efek samping dari krisis wabah COVID-19. Terlebih lagi, dengan situasi di Indonesia yang memiliki ketimpangan sosial ekonomi yang sudah besar dari sebelum pandemi global ini. Adanya krisis yang mendesak tersebut mendorong keempat pendiri Bagirata untuk mencari solusi dengan pendekatan bottom-up sehingga tak harus mengandalkan solusi top-down dari pihak pemerintah yang bergerak dengan lamban dalam menangani krisis ini. Tim Bagirata juga memercayai bahwa adanya media sosial merupakan hal yang sangat membantu bagi inisiatif subsidi silang ini. Terutama dengan adanya perpindahan berbagai kegiatan ke ruang digital, media sosial memiliki kemampuan untuk menjadi sebuah alat yang menggerakkan perubahan sosial.
Meski berencana untuk membubarkan tim mereka setelah pandemi dan krisis ekonomi ini usai, Bagirata tetap ingin menjalankan visi misi mereka mengenai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, yaitu dengan membuka sistem Bagirata menjadi sebuah open source sehingga berbagai komunitas, organisasi, non-profit, dan kelompok masyarakat lainnya agar dapat terus saling bahu-membahu dalam redistribusi kekayaan di tengah situasi krisis.