Tamparan Will Smith Tidak Hanya Menampar Chris Rock, Namun Kita Semua
Kekerasan bukanlah hal yang dapat ditolerir dalam arti apapun, penamparan yang dilakukan Will Smith tidak hanya cukup menyadarkan sebagian orang saja, namun kita semua.
Teks: Yusril Mukav
Foto: CNN Indonesia
Seperti yang banyak kita tahu, manusia adalah makhluk paling sempurna di muka bumi ini, namun apakah pepatah tersebut masih relevan? Apalagi mengingat banyak sekali dari kita yang masih melihat kekerasan sebagai hal yang lumrah.
Perhelatan Oscar kali ini diwarnai oleh insiden Will Smith menampar Chris Rock ketika ia mengeluarkan candaan kepada Jada Pinkett Smith, istri Will Smith yang mengidap penyakit alopecia yang membuat kerontokan pada rambut kepalanya.
Hal yang perlu kita sadari adalah tidak ada dari kedua artis Hollywood tersebut yang mendapatkan apresiasi mengenai apa yang mereka lakukan, selain candaan Rock yang keterlaluan, tamparan yang dilayangkan Will Smith juga tak perlu kita apresiasi, walaupun ia bermaksud untuk membela istrinya.
Kejadian tersebut membuat heboh jagat internasional, laman Twitter dan Instagram dipenuhi oleh komentar siapa mendukung siapa, yang tentunya kedua argumen yang muncul adalah menormalisasi kekerasan. Kekerasan hari ini tidak hanya dapat didefinisikan sebagai salah satu tindakan saja, namun kata-kata, wacana, politik, hingga praktek yang lain dapat dibuat menjadi sesuatu yang kejam.
Rev Dr Jacqui Lewis, seorang pendeta dan psikolog mengatakan dalam laman Twitternya sebenarnya Smith tidak ingin melakukan (penamparan) itu kepada Rock, karena tidak menjadi suatu kehendak ia melakukannya, ia tidak ingin menjadi sosok ayahnya yang ‘ringan tangan’ terhadap ibunya.
Sementar itu, Will Smith telah mengunggah pernyataan maaf atas apa yang ia lakukan kepada Rock lewat akun Instagramnya. Ia mengatakan bahwa tidak ada kekerasan yang dapat ditolerir, dan secara personal ia meminta maaf kepada khalayak, Academy dan Chris Rock.
Dalam kehidupan hari ini, kita memang harus menyadari bahwa kekerasan adalah bagian daripada kita, sebagai ciptaan yang dianggap paling sempurna tentunya menyelesaikan kekerasan dengan kekerasan bukan jawaban.
Dari struktur kemungkinan bahwa budaya dapat kita diubah, maka hal yang mendasar yang perlu diubah pertama kali adalah kekerasan dan kebencian.