Sebagai Dampak Plastic Pollution, Ditemukan Evolusi Mikroba yang Dapat Menguraikan Sampah Plastik
60% dari enzim yang ditemukan oleh penelitian ini dinyatakan tidak cocok dengan kategori enzim yang sudah dikenal sebelumnya, menandakan bahwa hal ini merupakan hasil adaptasi mikroba yang memang tidak lazim.
Teks: Titania Celestine
Photo: the blowup via Unsplash
Sebuah riset yang dipublikasikan pada jurnal Microbial Ecology menyatakan bahwa mikroba pada lautan dan tanah di seluruh dunia ditemukan telah berevolusi, sehingga bakteri dan serangga yang terdapat pada sampah dapat ‘memakan’ zat plastik.
Melalui studi yang dilakukan terhadap sejumlah sampel DNA yang diambil dari lingkungan hidup manusia, para peneliti menemukan sekitar 30.000 zat enzim yang dapat membusukkan sepuluh jenis plastik.
Para ilmuwan menyatakan bahwa hal ini merupakan salah satu dampak dari polusi plastik, alhasil, terjadinya perubahan pada ekologi mikroba dan serangga. Dihubungkan kembali kepada peningkatan pesat produksi plastik selama 70 tahun kebelakang, yang bertambah dari 2 miliar ton plastik menjadi 380 miliar ton per tahun. Evolusi ini dikatakan telah timbul dan berkembang seiring berjalannya waktu, menjadi cara bagi mikroba dan serangga untuk beradaptasi dengan jumlah limbah plastik.
Sejumlah 12.000 enzim yang diteliti para ilmuwan ditemukan pada lingkungan laut, diambil dari 67 lokasi, dan tiga tingkat kedalaman yang berbeda. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa tingkat konsistensi enzim yang dapat mengurai sampah plastik makin tinggi semakin jauh dari permukaan laut. Aspek tersebut diduga memiliki korelasi dengan lebih banyaknya plastic pollution di dasar lautan.
Sedangkan pada sampel ekosistem mikroba di dalam tanah yang diambil dari sejumlah 169 lokasi, 38 negara, dan 11 lingkungan habitat berbeda, ditemukan sejumlah 18.000 enzim yang dapat membusukkan zat plastik.
60% dari enzim yang ditemukan oleh penelitian ini dinyatakan tidak cocok dengan kategori enzim yang sudah dikenal sebelumnya, menandakan bahwa hal ini merupakan hasil adaptasi mikroba yang memang tidak lazim.
“Kami menemukan korelasi antara potensi pembusukkan sampah plastik dengan jumlah plastic pollution yang meningkat secara global. Hasil riset ini menunjukkan bahwa lingkungan hidup mikroba dapat beradaptasi dan merespon terhadap pressure yang diberikan manusia kepada lingkungan bumi,” ujar Profesor Aleksej Zelezniak dari Chalmers University of Technology Swedia.
“Langkah selanjutnya yaitu mendalami properti dan laju pembusukkan yang dapat dicapai oleh mikroba dan serangga dengan bantuan enzim ini. Setelah itu, mungkin kami bisa mulai menciptakan komunitas mikroba yang memang diciptakan untuk pembusukkan sampah plastik, untuk beberapa jenis plastik tertentu.” tambah Prof Zelezniak.
Serangga pertama yang ditemukan dapat ‘memakan’ sampah plastik ditemukan pada tahun 2016 di Jepang. Para ilmuwan kemudian mendalami riset tersebut dan mempelajari proses evolusi mikroba tersebut. Sebagai hasil, penelitian tersebut menciptakan sebuah enzim yang ditujukan untuk mendegradasi sampah plastik, terutama botol plastik.
Jutaan ton plastik dibuang setiap tahunnya, penyebaran polusi sampah hingga saat ini ditemukan pada lingkungan puncak Gunung Everest, hingga lautan terdalam.
Mengurangi jumlah sampah plastik dan penggunaan plastik merupakan sebuah misi yang sangat penting bagi manusia, menekankan urgency menemukan cara memproses limbah sampah yang tepat.