Literasi Indonesia Peringkat 62 dari 70, Apakah Peningkatan Kualitas Perpustakaan Daerah Bisa Membantu?
Dengan tingkat literasi Indonesia yang masih kurang memuaskan, patut dipertanyakan apabila peningkatan kualitas perpustakaan daerah dapat membuat perubahan dan membantu penduduk Indonesia terus belajar.
Teks: Reiko Iesha
Foto: Unsplash/Pauline Andan
Menurut Program for International Student Assessment (PISA) yang diselenggarakan oleh OECD, Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki tingkat literasi rendah di tahun 2019, di peringkat 62 dari 70 negara. Semenjak terjadinya pandemi COVID-19 di tahun 2020, UNESCO juga memerhatikan bahwa di Bali, tingkat pembelajaran literasi sangat terbatas karena banyak sekolah-sekolah yang ditutup. Anak-anak yang tinggal di daerah terpencil tanpa akses internet dan buku juga mengalami kesulitan dalam meningkatkan literasi membaca.
Berdasarkan data pemetaan kondisi dari Perpustakaan Nasional RI, kegemaran membaca di Indonesia sejak tahun 2016 yang sebelumnya hanya di angka 26 dari 100, telah meningkat menjadi 59,52 di tahun 2021. Dengan membaiknya kondisi pandemi, penduduk Indonesia sudah bisa menghabiskan waktu di luar rumah, salah satunya di perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI yang terletak di ibukota Jakarta dapat diandalkan setelah menerima predikat kualitas dua tertinggi pelayanan publik dari penilaian Ombudsman di tahun 2022. Namun, masih dipertanyakan apabila kualitas perpustakaan daerah memadai.
Berdasarkan suatu utas di kanal media sosial Twitter, pelayanan dan kebersihan perpustakaan daerah di Manado, Sulawesi Utara di tahun 2023 belum cukup memuaskan. Walau dalam segi teknologi perpustakaan tersebut sudah memadai, dengan adanya kode QR yang disediakan untuk pendataan pengunjung, banyak juga buku-buku yang harus diperbarui untuk memastikan bahwa penduduk di daerah Manado bisa terus belajar mengikuti jaman. Kondisi buku di perpustakaan Sulawesi Utara terlihat sudah lama tidak diurus, dengan perpustakannya sendiri yang berdebu tanpa adanya sistem ventilasi yang cukup baik. Berdasarkan Komisi IV DPRD Sulawesi Utara, APBD dan APBN mendukung meningkatan kualitas perpustakaan daerah dengan memberi anggaran 14 M di tahun 2022, tetapi perubahan yang signikan masih belum terlihat.
Dalam seksi komen, muncul penduduk-penduduk dari provinsi lain yang menunjukkan bahwa perpustakaan daerah di Jogja, Boyolali, dan Bogor sudah bisa mulai membantu meningkatkan literasi membaca penduduknya, dengan perpustakaan yang nyaman untuk dikunjungi penduduk dan buku-buku yang sudah diperbarui. Selagi penduduk Indonesia berharap pemerintah-pemerintah daerah dapat bekerjasama dalam membuat semua perpustakaan di Indonesia menjadi lebih baik, sudah mulai ada organisasi-organisasi lokal yang mendukung literasi penduduk dan anak Indonesia, seperti contohnya Yayasan Literasi Anak Indonesia (YLAI), Gerakan Suka Baca (GSB), dan Basabali.