Aktivis Diaspora dan Pekerja Amal Pemuda Afghanistan Berbicara Tentang Perebutan Ibukota Kabul oleh Taliban
Dari hasil interview oleh Dazed, aktivis dan pekerja amal pemuda berbicara tentang perebutan Kabul.
Teks: Hanindito Buwono
Foto: BBC/Getty Images
Pada tahun 2001, Amerika Serikat serta sekutu mengerahkan pasukannya ke Afghanistan dengan tujuan menyingkirkan Taliban dari kekuasaan. 20 tahun kemudian, ketika Amerika Serikat bersiap untuk menarik kehadiran militernya dari negara tersebut pada 11 September, kelompok tersebut merebut kekuasaan ibukota Kabul.
Hanya beberapa jam setelah pengambilalihan Kabul, pemenang hadiah Nobel dan aktivis pendidikan, Malala Yousafzai, menyatakan keprihatinannya atas keselamatan kaum minoritas serta perempuan di kawasan itu. “Kami sangat terkejut saat Taliban menguasai Afghanistan. Saya sangat khawatir tentang perempuan, minoritas, dan pembela hak asasi manusia,” tulis sang aktivis di Twitter.
We watch in complete shock as Taliban takes control of Afghanistan. I am deeply worried about women, minorities and human rights advocates. Global, regional and local powers must call for an immediate ceasefire, provide urgent humanitarian aid and protect refugees and civilians.
— Malala (@Malala) August 15, 2021
Dazed melaporkan melalui interview yang dilakukan kepada diaspora pemuda Afghanistan di Inggris mengenai kejadian ini. Salah satunya menurut Parwiz Karimi, dari Asosiasi Pemuda Afghan, berpendapat bahwa, “Taliban adalah kelompok teroris yang kejam dan mereka telah dengan jelas menunjukkan itu sepanjang sejarah. Negosiasi Amerika Serikat-Taliban yang menghasilkan pembebasan 5.000 tahanan Taliban berarti bahwa mereka menjadi lebih kuat dengan kapasitas yang lebih besar. Orang-orang Afghanistan tidak diajak berkonsultasi tentang hal itu dan kekhawatiran mereka juga tidak dipertimbangkan. Akibatnya, pengambilalihan Afghanistan oleh kelompok teroris Taliban berarti 20 tahun kemajuan, 20 tahun harapan, serta 20 tahun kerja keras untuk modernisasi Afghanistan baru saja terkuras dan tidak berarti apa-apa.”
Parwiz Karimi menambahkan bahwa dirinya serta diaspora pemuda Afghanistan di Inggris dan berbagai dunia, akan berusaha untuk membantu keluarga serta rekan mereka yang terdampak atas kejadian ini.
“Diaspora Afghanistan di Inggris dan di seluruh dunia mencoba melakukan apa yang mereka bisa untuk membantu rakyat Afghanistan. Kami memiliki keluarga, kerabat, dan teman di seluruh Afghanistan yang berkomunikasi dengan kami sejak Taliban mengambil alih Afghanistan. Kami sangat frustasi serta kesal bagaimana negara-negara barat dan khususnya pemerintah Afghanistan, yang telah mengkhianati rakyat Afghanistan serta telah mempermainkan hidup mereka,” tambah Parwiz Karimi.