Gimme 5: Film Sci-Fi Favorit Tommy Ambiyo Tedji
Dari Independence Day hingga Blade Runner 2049.
Industri fashion lokal akhir-akhir ini sedang kedatangan sederet talenta baru yang mampu mengangkat status fashion di Indonesia ke mata dunia. Banyak yang terpaku pada kekayaan budaya yang ada, dan ada pula desainer yang berinovasi dan mencari cara baru untuk mengekspresikan diri. Tommy Ambiyo Tedji adalah salah satunya. Sebagai seorang desainer dengan latar belakang di product design, ia dapat menuangkan pengetahuannya menjadi suatu bentuk artistik yang unik, seperti yang terlihat dalam brand-nya yaitu Byo. Dengan mengambil inspirasi dari film science fiction, ia berniat untuk merancang berbagai objek eksperimental yang dapat dikenakan. Hal ini pun terlihat dari unsur-unsur futuristik yang terdapat pada pemilihan bahan, warna, maupun hasil akhir dari rancangannya. Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut sumber inspirasinya, kami menanyakan Tommy 5 film sci-fi favoritnya.
Independence Day, 1996
Meskipun plot dan adegannya penuh referensi dari film-film ikonik sebelumnya seperti Star Wars, film ini merupakan kontak pertama saya dengan genre sci-fi yang memancing imajinasi saya dan membuat saya terobsesi dengan sci-fi. Dengan practical effect untuk adegan ledakan (white house, empire state building), dan desain pesawat alien yang detail, membuat film ini tetap bagus ditonton di tahun 2018. Film ini membuat saya menelusuri film-film genre yang serupa yang pernah ada dan memahami konsep sci-fi itu sendiri: Creating a whole fictional universe without any limits.
Children of Men, 2006
Yang memancing dari film ini adalah main plot-nya: manusia tidak bisa lagi menghasilkan keturunan. Yang membuat saya makin cinta adalah penggarapan situasi dunia dimana hal ini sudah terjadi selama 18 tahun: kekacauan, loss of innocence, lack of wonder, lack of hope. Sinematografi continuous shot selama 12 menit di adegan mobil dan adegan perang di akhir membuat saya kagum dan tak henti memikirkan teknikalitasnya. Karya paling underrated dari Alfonso Cuaron.
Contact, 1997
Tema alien biasa menjadi hal pertama yang muncul kalau orang berpikir sci-fi. Tapi film “Contact” yang dibuat berdasarkan novel dari ilmuwan Carl Sagan (idola saya) ini lebih memainkan imajinasi kita dan memunculkan lebih banyak lagi pertanyaan bila kita suatu hari ada kontak dengan kehidupan intelijen di dunia luar. Dan film ini juga menunjukkan bahwa kita sebagai spesies masih harus terus berevolusi menjadi lebih baik karena dibandingkan dengan peradaban apa yang mungkin ada di luar sana, kita masih terlalu primitif.
Contagion, 2011
Ada “28 Days Later”, “Train to Busan”, tapi menurut saya film zombie/virus outbreak paling menyeramkan adalah film ini. Dengan cerita yang dibuat sedekat mungkin dengan realita, dengan melibatkan Departemen Kesehatan, ilmuwan, dan penanganan outbreak yang sesuai dengan SOP World Health Organization, membuat saya terbawa ke dalam realita yang suram tapi seru ini.
Blade Runner 2049, 2017
Film ini merupakan perwakilan dari sub-genre artificial intelligence di mana film “Ex Machina” karya Alex Garland mempertanyakan apa yang membuat sebuah mesin menjadi manusia, dan “Her” karya Spike Jonze berbicara tentang ketergantungan emosional manusia dengan mesin, film ini menggarap itu semua ke level yang lebih dalam. Dengan sound design dan sinematografi yang layak dapat semua penghargaan, film ini menjadi instant classic buat saya.