Melacak Sejarah Film Indonesia, ARKIPEL Hadirkan Pameran Keliling Kultursinema
Diskursus baru tentang sinema dan kesejarahannya di Indonesia.
Teks: Vestianty
Foto: ARKIPEL
Jika membicarakan film, tentu ada cukup banyak bagian-bagian terkait langsung dengan kultur film. Selain materi film itu sendiri, beberapa unsur-unsur terkait itu adalah poster film, informasi penayangan film di berbagai harian, pencatatan terhadap pengalaman menonton, hingga dokumentasi personal dari orang-orang terlibat di dalamnya. Kesemuanya merupakan suatu hal penting untuk tercatat dan terdokumentasi dalam kumpulan arsip. Data-data tersebut memiliki signifikansinya sendiri sebagai material faktual, hal yang perlu dikaji kembali dan diinterpretasikan ulang, baik bentuk maupun konteksnya, sesuai dengan kondisi mutakhir dan narasi yang diangkat. Hal itupun yang diupayakan oleh ARKIPEL dalam membingkai peradaban sinema melalui Pameran Keliling Kultursinema pada Maret-Mei mendatang.
Sejak 2014, tim dari program Kultursinema melacak sejarah sinema Indonesia melalui arsip-arsip yang tersebar tidak hanya di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lainnya. Pameran Keliling Kultursinema kali ini merupakan upaya merangkum apa yang sudah dilakukan mereka selama lima tahun belakangan ini. Penelaahan terhadap arsip-arsip tersebut membuka berbagai kemungkinan lain; disajikan dalam bentuk pameran yang tidak hanya digunakan sebagai distribusi arsip, tetapi juga ekspresi artistik. Sehingga saat penonton masuk ke dalam pameran, yang dialami bukan sekadar melihat arsip mentah, tapi ada proses transformasi bentuk oleh tim Kultursinema sehingga arsip itu memiliki pernyataan artistik.
Tahun ini, Kultursinema membuat pameran keliling berpusat pada lokasi-lokasi di pulau Jawa karena melihat Jawa adalah pusat perkembangan kultursinema di Indonesia. Selain itu konteks pameran keliling ini juga merujuk pada usaha sinema di masa awal yang mencoba mendekati audiens dengan membawa arsip itu ke ruang-ruang tempat publik bertemu.
Dibuat untuk menyebarkan arsip-arsip film yang sudah terangkum tersebut ke publik, terutama yang memang cukup sulit diakses oleh publik dan tidak berada di Indonesia. Tentunya tiap arsip di pameran ini melalui proses negosiasi dan pertimbangan bahwa informasi tersebut penting untuk dipamerkan. Semoga arsip dan konsep pameran ini bisa menjadi diskursus baru tentang sinema dan kesejarahannya di Indonesia.
–
Pameran Keliling Kultursinema
7-11 Maret 2019 di Orbital Dago, Bandung
3-7 April 2019 di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta
24-28 April 2019 di C2O Library and Collective, Surabaya
1-5 Mei 2019 di Komunitas Hysteria, Semarang