“Guru-Guru Gokil” Ingin Menggambarkan Perjuangan Seorang Guru dengan Cara yang Menghibur
Para pemain dari “Guru-Guru Gokil” berharap film ini bisa mewakili guru-guru yang bekerja keras seluruh Indonesia.
Teks: Niskala H. Utami
Foto: Netflix Asia
Film tentang pendidikan di Indonesia seringkali bercerita dari sudut pandang murid dan diceritakan dengan serius. Dian Sastrowardoyo, selaku produser, melihat ada kekurangan terhadap film tentang guru yang menghibur di Indonesia. Akhirnya ia bersama tim dari Base Entertainment mengambil kesempatan ini untuk memproduksikan “Guru-Guru Gokil”, sebuah film tentang guru di Indonesia yang berbasis komedi.
“Guru-Guru Gokil” adalah film pertama Dian Sastrowardoyo bekerja sebagai produser dan film kedua produksi Netflix Indonesia. Protagonis dalam film ini adalah Taat Pribadi, seseorang bermata duitan. Sejak kecil ia selalu bermasalah dengan ayahnya yang seorang guru, karena itu ia tidak suka dengan guru. Setelah lulus Taat pergi ke kota untuk mencari uang dan berjanji tidak akan pulang lagi. Sayangnya, nasibnya belum beruntung dan ia terpaksa kembali ke kampung halaman karena kehabisan uang. Sampai di sana, ia terpaksa mengambil pekerjaan yang ia benci, yaitu menjadi seorang guru di sekolah lamanya demi mendapatkan uang agar ia bisa segera pergi lagi. Selama bekerja Taat bertemu dengan guru-guru lain. Mereka mencoba untuk berteman dengannya, tetapi Taat tidak tertarik untuk berteman, ia hanya ingin mendapatkan uang. Musibah terjadi ketika sehari sebelum gajian gaji guru di curi. Terpaksa Taat minta bantuan kepada guru-guru lain untuk mengembalikan uangnya.
Menjelang rilisnya film tersebut, Netflix Asia mengadakan konferensi pers Selasa lalu (11/7) lewat akun Youtube mereka. Konferensi pers ini dihadiri oleh para pemain, yaitu Gading Marten (Taat Pribadi), Dian Sastrowardoyo (Ibu Nirmala), Farah Mufti (Ibu Rahayu), Boris Bokir (Pak Nelson), Ibnu Jamil (Pak Gagah), dan Dody sebagai moderator.
Konferensi pers diawali dengan sambutan dari para pemain, lalu mereka menjelaskan tokoh masing-masing berdasarkan interpretasi sendiri. Gading Marten melihat Taat sebagai seseorang yang menilai kesuksesan dari uang. Farah Mufti melihat Ibu Rahayu sebagai sosok yang bisa multitasking, mandiri, dan tegas. Sedangkan Ibnu melihat Pak Gagah sebagai sosok yang seharusnya menjadi paling gagah, sesuai dengan namanya.
Dian bercerita sedikit ketika pengembangan naskah mereka mewawancarai guru-guru dari pinggiran dan mereka terharu dengan jawaban yang diterima. Banyak guru-guru yang memilih profesi tersebut karena sudah menjadi panggilannya dan mereka sudah tidak lagi memikirkan keuntungan. Gading juga bercerita bahwa dia termasuk murid yang bandel ketika sekolah dan baru setelah dia lulus dia sadar bahwa guru juga manusia yang pantas dihargai. Maka itu, para pemain berharap bahwa film ini bisa mewakili guru-guru yang sudah kerja keras untuk memberi pendidikan pada muridnya dan ingin mengajak penonton untuk berterima kasih kepada guru-guru mereka.
“Guru-Guru Gokil” telah hadir di Netflix sejak tanggal 17 Agustus 2020. Sebelum nonton filmnya, saksikan dulu trailer “Guru-Guru Gokil” di video berikut.