Text: Shadia Kansha
Foto: Instagram/Dior dan Greater Goods

Bagi para pengikut jenama Greater Goods mungkin mengikuti beberapa story yang ditampilkan beberapa waktu lalu. Menurut mereka, jenama high-end Dior memiliki produk yang desainnya sangatlah mirip dengan desain produk tas mereka. Tas tersebut sama-sama memiliki pengait di depan tas untuk digunakan kantong tempat minum. 

Dilansir dari caption Dior atas foto produk tersebut, tas yang ditampilkan merupakan hasil diskusi kreatif antara direktur artistik Dior dengan jenama Sacai. Sedangkan Greater Goods melemparkan sindiran terhadap jenama high-end tersebut berkaitan pernyataan tersebut.

Screenshot yang disertakan di story akun greater goods | sumber: Greater Goods

Klaim tersebut memang sah untuk dilayangkan. Namun patut diingat beberapa hal. Pertama, desain terhadap hal-hal praktis diukur berdasarkan apakah desain tersebut dibuat atas dasar menunjang efektivitas kinerja produk untuk melaksanakan tugasnya atau tidak (misal, demi mengekspresikan suatu unsur artistik tanpa menunjang kinerja produk). Dalam hal ini, tas adalah produk praktis yang dimaksudkan untuk membawa barang-barang secara ringkas. Sehingga, apabila desain dimaksudkan untuk menunjang fungsi utama (primary purpose) dari tas, hal tersebut tidak mendapatkan perlindungan hak cipta. 

Kedua, prinsip di atas digunakan apabila salah satu dari pihak tersebut terbukti tidak memiliki hak paten. Berbeda dengan skenario tersebut, apabila salah satu pihak memiliki hak paten, maka yang lebih diunggulkan adalah pemilik hak paten. Pihak tersebut dapat menggunakan hak-nya untuk memajukan klaim hak paten demi mendapat kompensasi dan/atau produk yang tidak dipatenkan untuk berhenti produksi.

Bagi teman-teman entrepreneur, memahami hukum yang berlaku untuk melindungi bisnis dan produk kalian adalah langkah pertama yang bijak untuk menghindari konflik untuk berkembang kedepannya.