Tulisan: Hafiza Dina
Foto: Reuters

Naiknya pamor produk fashion second-hand selama tiga tahun terakhir membuat Prada, merek fashion ternama asal Italia, menyadari adanya peluang yang dapat dikembangkan, baik dari dalam internal perusahaan, maupun dengan pihak eksternal dalam bentuk kolaborasi. Sejak kaum muda mulai memiliki kesadaran akan keberlanjutan lingkungan, jumlah penjualan produk second-hand dari merek ternama mulai meningkat. Pada tahun 2017 hingga 2021, terjadi peningkatan hingga 65%. Angka tersebut terbilang cukup jauh dengan pertumbuhan pembelian produk-produk mewah terbaru yang hanya mencapai 12%. Pada tahun ini, angka penjualan produk second-hand diperkirakan akan mencapai EUR 33 miliar.

Peluang ini tidak hanya dilihat oleh Prada semata; sudah terdapat beberapa brand mewah lainnya yang mulai terjun ke industri second-hand. Perusahaan payung dari beberapa brand mewah asal Perancis, Kering, sudah mengambil 5% saham di Vestiaire Collective, sebuah platform jual beli pakaian dan tas second-hand, sejak awal tahun 2021. Bahkan, pada tahun lalu, salah satu brand di bawah Kering, Gucci, pernah menjalin kerja sama dengan The RealReal, platform untuk resale berbasis di Amerika Serikat.

Berdasarkan pengakuan Lorenzo Bertelli, Chief Marketing Prada, Prada sudah menaruh perhatian dan menyelidiki industri second-hand sejak lebih dari setahun. Namun, perihal bentuk usaha yang akan dikembangkan, Lorenzo belum bisa membeberkan lebih jauh. Yang pasti, usaha second-hand ini memiliki beberapa peluang pengembangan: dikerjakan oleh internal Prada, berkolaborasi dengan pihak eksternal, atau bahkan menggabungkan kedua model tersebut dalam bentuk menyerupai e-commerce.

Sebagai calon penerus perusahaan Prada, Lorenzo mengakui bahwa dirinya siap membawa Prada untuk secara mandiri mampu menghadapi tantangan di sektor barang mewah saat ia akan menjabat nanti. Rasa percaya diri dan keberanian yang Lorenzo miliki sedikit banyak ia dapatkan dari pengalamannya di bidang balap rally dan olahraga.