Gucci Usung Isu Toxic Masculinity dan Identitas Gender pada FW20 di Milan Fashion Week
Koleksi menswear ini terdiri dari pakaian rajutan, blouse, celana korduroi, hingga mantel.
Teks: Avicena Farkhan Dharma
Foto: Hypebeast
Merayakan lima tahun sejak bergabungnya Alessandro Michele sebagai direktur kreatif, Gucci mengadakan pertunjukan menswear pertama mereka sejak tahun 2017, pada Milan Fashion Week Men’s. Koleksi yang dipamerkan menampilkan beragam pakaian wearable yang dituju untuk mendobrak budaya maskulin dan patriarki yang tertanam dalam budaya masyarakat barat.
Tak ayal, catatan yang disoroti oleh Gucci pada pertunjukan kali ini tidak berfokus pada garmen, melainkan kepada berbagai masalah terkait dengan toxic masculinity dan identitas gender. “Toxic masculinity, pada kenyataannya memelihara pelecehan, kekerasan, dan seksisme…itu (toxic masculinity) menghasilkan penindas dan korban pada saat yang bersamaan,” jelas Gucci. “Nampaknya perlu untuk membelot dan menjauhkan diri dari ragam patriarki. Sudah waktunya kita merayakan pria yang bebas memiliki self-determination, tanpa kendala sosial, sanksi otoriter, dan stereotip yang mencekik.”
Berdasarkan dari pernyataan tersebut, koleksi inipun berisi serangkaian pakaian yang melawan konstruksi gender, mulai dari pakaian rajutan dipotong menggantung hingga blouse berbahan halus. Tak hanya itu, dilengkapi pula dengan washed-out baggy dan korduroi penuh sobek yang menantang siluet maskulin, dikontraskan dengan lapisan bordir bermotif bebek, perhiasan, dan motif bunga pucat. Mantel berkancing dengan aksen emas dan setelan wol juga dipertunjukkan pada model pria dan wanita, dilengkapi tas tangan, sepatu Mary Jane dan sneaker lari terbaru Gucci. Lewat koleksi ini, secara tidak langsung Gucci menekankan bahwa fashion merupakan elemen dalam berekspresi yang tak terikat dengan batasan gender.
Lihat koleksi lengkap menswear Gucci Fall Winter 2020 pada video di bawah ini.