Studi Kasus: Mengupas Logo Pariwisata Sulawesi Selatan bersama Ismiaji Cahyono
Lewat sayembara terbuka yang melibatkan langsung partisipasi masyarakat dalam proses kreatif desain, logo pariwisata dari Sulawesi Selatan memiliki landasan budaya yang kuat tanpa mengorbankan modernitas. Bersama Ismiaji Cahyono, di Studi Kasus kali ini kami mengulas dengan seksama proses desain tersebut.
Words by Hana A. Devarianti
Foto: Dok. ADGI & Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
Sebagai upaya melakukan rebranding pada sektor pariwisata, di awal tahun 2019 lalu provinsi Sulawesi Selatan baru saja memperbarui logo pariwisatanya. Mengangkat tema Colorful Experience, pembaruan logo tersebut mampu melambangkan keberagaman alam dan intelektualitas budaya serta keterbukaan dan penyambutan tiada akhir dari Sulawesi Selatan. Yang menarik, proses kreatif pembuatan logo melibatkan langsung partisipasi putra dan putri daerah melalui sebuah sayembara terbuka. Pada edisi Studi Kasus ini, bersama Ismiaji Cahyono dari Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) selaku salah satu dewan juri sayembara desain, kami mengupas dengan seksama proses kreatif dari perancangan logo pariwisata Sulawesi Selatan.
Tentang Objektif Desain
Objektif dari desain logo pariwisata Sulawesi Selatan berangkat dari kebutuhan untuk merancang sebuah identitas atau brand terkait program pariwisata yang lahir dari putra dan putri daerahnya sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh Ismiaji, pendekatan ini diambil dari pemahaman bahwa identitas adalah sebuah entitas kompleks, yang dalam perancangannya membutuhkan kolaborasi dan diskusi dengan berbagai kalangan agar dapat membawa manfaat bagi semua.
Objektif ini pula yang menjadi landasan untuk melakukan sayembara terbuka berupa lokakarya (workshop) perancangan bertajuk “Lokarancang” yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Mulai dari komunitas (Desain Grafis Indonesia) sebagai pelaksana dan koordinator perancangan, pengelola dan tenaga ahli dari asosiasi (Asosiasi Profesional DKV Indonesia-AIDIA dan Asosiasi Desain Grafis Indonesia), pemerintah provinsi Sulawesi Selatan (instansi pariwisata dan tim percepatan pembangunan) selaku pemberi tugas dan yang akan memanfaatkan identitas, tokoh sejarah dan budaya Sulawesi Selatan, hingga tentu saja para perancang yang mendaftar.
Tentang Referensi Desain
Referensi peserta banyak diperoleh dari warisan budaya visual Sulawesi Selatan, terutama Makassar dan Toraja. Misalnya saja bahasa visual bangunan, ragam hias, aksara, serta lokasi wisata andalan daerah. Selain itu, tahap pendalaman sejarah dan budaya Sulawesi Selatan saat Lokarancang yang melibatkan tokoh daerah juga banyak menginspirasi para peserta.
“Banyak referensi dilekatkan pada tone and manner yang disarikan dari nilai-nilai visual, sebagai kesimpulan dari tahap pembekalan dan Lokarancang itu sendiri. Tiap peserta mengambil pendekatan dan mood yang berbeda, namun umumnya dari landasan budaya, meskipun hasilnya modern,” tutur Ismiaji.
Tentang Proses Desain
Proses desain memakan waktu kurang lebih dua bulan. Sekitar satu bulan pertama untuk persiapan dan perencanaan Lokarancang, lalu tiga minggu setelahnya adalah pelaksanaan dari Lokarancang itu sendiri. Pada tahap awal Lokarancang, dilakukan pemanggilan portofolio yang diutamakan bagi perancang dari Sulawesi Selatan. Hal ini ternyata menjadi tantangan terbesar dalam proses Lokarancang. “Meskipun di Sulawesi Selatan memiliki sekolah tinggi berprogram studi DKV, lulusannya banyak berkiprah di luar provinsi, sehingga menyaring perantau maupun pelaku lokal yang berkualitas cukup sulit,” tutur Ismiaji. Namun, dengan penyebaran komunikasi yang baik serta melibatkan jaringan komunitas, akhirnya terpilihlah 12 peserta.
Minggu pertama Lokarancang difokuskan pada penyampaian brief, pendalaman materi, dan pembekalan konsep yang dibawa oleh masing-masing peserta. Pada tahap ini, peserta mendapat arahan visual dari Mendiola B Wiryawan untuk mengembangkan sketsa mereka. “Para peserta kemudian memaparkan sketsa kepada fasilitator yang kemudian memberikan komentar, masukan, dan arahan tambahan, yang akan menjadi acuan perancangan”, kata Ismiaji. Sebagai bahan pembanding, peserta pun diajak untuk melakukan studi kasus perancangan identitas visual dari provinsi lain, dalam hal ini provinsi Yogyakarta. Tidak hanya itu, di tahap ini peserta diberikan kesempatan untuk menambah pemahaman dan penguasaan mereka soal Sulawesi Selatan langsung dari para ahli sejarah dan budaya.
Setelah proses tersebut, peserta kemudian diberikan waktu satu minggu untuk inkubasi. Pada waktu inilah peserta mengembangkan sendiri gagasan sketsa menjadi rancangan logo. Selepas inkubasi, peserta kemudian memaparkan hasil pengembangan desain kepada dewan juri yang terdiri dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Wakil dari ADGI dan AIDIA, serta Budayawan. Lalu, berdasarkan hasil penjurian, terpilihlah Rahmat Zulfikar sebagai pemenang Lokarancang.
Tentang Hasil Desain
Hasil akhir logo adalah pengembangan beberapa budaya khas Sulawesi Selatan. Bentuk logo yang memiliki empat sisi yang dinamis adalah pengembangan dari Sulappa Appa, sebuah manifestasi keyakinan dan kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan yang menjadi simbol pemersatu empat suku besar yaitu Toraja, Makassar, Bugis, dan Mandar. Kemudian, konsep logogram dengan bentuk menukik diambil dari gerakan dasar tari kipas Pakarena yang
melambangkan penyambutan dan penghormatan bagi tamu. Sedangkan, untuk memperkuat identitas brand, logotype dibuat mengikuti karakter Aksara Lontar yaitu sebuah aksara tradisional masyarakat Sulawesi Selatan yang berasal dari falsafah Sulappa Appa. Pengembangan Aksara Lontar pada logotype yang dibuat dibuat sedikit lebih progresif melambangkan semangat pergerakan yang ingin diusung oleh Sulawesi Selatan. Untuk primary color, terdapat warna hitam, jingga, dan merah yang memang kerap ditemukan dalam berbagai perayaan daerah.
Meskipun sempat mengalami berbagai tantangan dalam pelaksanaan Lokarancang, Ismiaji mengatakan bahwa hasil akhir dari lokakarya perancangan tersebut telah melebihi ekspektasi. Pada akhirnya, dengan identitas visual yang baru ini, Sulawesi Selatan mampu melambangkan suguhan pengalaman berwisata nan kaya yang mampu membangun kesan yang tak terlupakan di hati para wisatawan.