Studi Kasus: Bedah Logo Gerbang Pembayaran Nasional bersama Rege Indrastudianto & Iyan Susanto
Dalam episode pertama Studi Kasus, seri artikel yang membahas soal proses kreatif di balik sebuah desain, kami membedah logo GPN, sistem pembayaran baru yang dirilis oleh Bank Indonesia.
Words by Whiteboard Journal
Teks: Hana Devarianti
Foto: Iyan Susanto & Rege Indrastudianto
Tahun 2018, Bank Indonesia merilis Gerbang Pembayaran Nasional (GPN), sebuah sistem yang mengintegrasikan transaksi antara bank-bank nasional. Sebuah usaha untuk mendorong Gerakan Nasional non Tunai (GNNT) yang memudahkan masyarakat dalam aktivitas belanja, juga untuk kegiatan lain seperti transaksi e-toll dan lainnya. Kini, kartu GPN telah dirilis semua bank nasional dan dipakai ratusan ribu pengguna.
Pada edisi Studi Kasus pertama ini, kami berbincang dengan Rege Indrastudianto dan Iyan Susanto, tim perancang desain logo GPN untuk memahami proses kreatif yang mereka lalui saat menciptakan identitas visual. Mulai dari berbagai referensi yang menginspirasi pembuatan desain, proses penggarapan desain, hingga pendapat mereka soal hasil karya mereka sendiri.
Tentang Objektif Desain
Proses kreatif dalam menggarap sebuah karya desain tentu dimulai dari sebuah objektif yang ingin disampaikan dari karya itu sendiri. Bagi GPN, objektif tersebut adalah membuat sebuah brand payment gateway Indonesia yang bisa disandingkan secara global, sembari tetap relevan bagi semua lapisan masyarakat Indonesia.
Selayaknya penggarapan karya desain, Iyan dan Rege kemudian mencoba untuk menerjemahkan objektif ini. “Cukup sulit di awalnya, tapi pada tahap awal kami mencoba menjawab brief dengan berbagai macam approach. Banyak sekali pemikiran-pemikiran sebelum akhirnya logo seperti sekarang ini,” tutur Rege.
Tentang Referensi Desain
Salah satu approach yang dilakukan oleh Iyan dan Rege adalah memahami kedudukan dari BI itu sendiri di masyarakat Indonesia. Hal inilah yang kemudian menjadi referensi utama desain. “Kompleks bangunan dan gaya arsitekturnya yang sangat berbeda dengan perbankan atau klien kami pada biasanya langsung membuat kami sadar bahwa brand ini akan datang dari sebuah institusi yang sangat besar, yang harus terwakili oleh logo itu sendiri,” ujar Iyan.
Beberapa brand Indonesia lainnya yang sudah mempunyai feel modern juga menjadi referensi. Hal ini terutama berkaitan dengan brief awal yang menginginkan GPN dapat membawa feel Indonesia modern, yang bisa dibawa ke berbagai lapisan target audience di level nasional maupun internasional.
Tentang Proses Desain
Dibutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk menyelesaikan desain, waktu yang terhitung singkat untuk sebuah project berskala besar. Pada awal penggarapan desain, Iyan dan Rege cukup kaget dengan kultur BI yang sarat akan birokrasi. Proses dan cara komunikasi yang sangat berbeda juga menjadi tantangan mereka dalam menyampaikan ide.
“Credit harus diberikan kepada Bank Indonesia. Di awal kultur mereka yang jarang berhubungan dengan dunia desain membuat mereka tidak paham dengan proses desain. Tapi setelah dijelaskan di awal, tahapan yang harus dilalui dan apa yang bisa mereka lihat di tiap tahap, mereka jadi partner yang sangat baik dalam proyek ini,” kata Iyan.
Tantangan yang juga dihadapi oleh Iyan dan Rege adalah soal menemukan positioning yang tepat bagi GPN. Meskipun GPN harus mampu bersanding dengan brand global, mereka menyadari bahwa brand juga harus mampu berbicara ke banyak lapisan masyarakat Indonesia dan akan muncul di berbagai touchpoints.
Hal ini yang membuat mereka mempertimbangkan kembali keinginan untuk menerapkan penyebutan brand dan gaya eksekusi grafis yang sama dengan brand global. Sebab, meskipun GPN pada akhirnya akan mencapai level seperti payment gateway lain, saat ini ia harus melalui proses ‘pembelajaran’ yang tidak boleh dipotong untuk memantapkan jalannya di masa depan. “Mungkin bukan kami lagi yang membawa brand GPN ke level itu, tapi semua kemungkinannya sudah kami siapkan di awal,” tutur Iyan.
Tentang Hasil Desain
Setelah berbagai pertimbangan dan eksplorasi bersama dengan Bank Indonesia, akhirnya burung garuda dan nama Gerbang Pembayaran Nusantara yang lalu disingkat menjadi GPN digunakan sebagai brand identity. Tentu dengan twist yang modern sehingga branding di berbagai touchpoints pun kuat. “Kebutuhannya jelas, logo yang simple, mudah standout dari kejauhan atau saat ditempatkan di bidang yang kecil seperti mesin EDC, debit card, atau saat disandingkan dengan logo-logo lain di meja kasir,” tutur Iyan.
“Design akhir tetap mengacu kepada icon burung garuda untuk merepresentasikan nasionalisme. Bentuk tegas juga terlihat diwakilkan oleh tipografi yang bold. Huruf G yang sedikit terbuka dan adanya ilustrasi burung garuda melambangkan keterbukaan GPN ini bertujuan untuk menghapus batasan yang selama ini terjadi dalam sistem pembayaran untuk mewujudkan infrastruktur pembayaran yang lebih efisien, andal, dan aman,” kata Rege.