Catatan dari Bintaro Design District 2020
Kami menjelajahi Bintaro untuk mengetahui bagaimana desainer dan arsitek memikirkan masa depan.
Words by Whiteboard Journal
Teks & Foto: Ahmad Baihaqi
Setelah penantian panjang, unit yang menyatukan antara arsitektur dan desain dengan masyarakat kembali hadir. Bintaro Design District 2020 yang tertunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19 kini menyambangi beberapa wilayah di Bintaro pada 14-24 September 2022. Mengusung tema “Berbagi Masa Depan”, Bintaro Design District (BDD) ingin menyampaikan pesan dan gagasan mengenai masa depan dari kacamata arsitek dan desainer. Melalui tema ini, BDD berusaha membungkus, mendokumentasikan, dan memamerkan karya dan pemikiran terkini dalam menghadapi dunia baru pasca-pandemi yang dinamis, spiritual, dan penuh kewaspadaan.
Dikurasi oleh Andra Matin, Danny Wicaksono, Budi Pradono, dan Hermawan Tanzil, Bintaro Design District 2020 melibatkan puluhan partisipan yang akan menampilkan pameran karya, open studi, open architecture, talk show, workshop, dan beberapa acara spesial lainnya. Kami menjelajahi Bintaro untuk turut merasakan pemikiran tentang masa depan dari kacamata desainer dan arsitek. Berikut beberapa catatan singkat tentang apa yang kami temui di Bintaro Design District 2020.
KURSI
Lantai 15 Graha Paramita II, Bintaro
Sebagai sebuah produk desain yang paling mudah ditemui dalam keseharian, kursi kemudian menjadi sebuah produk yang dianggap “biasa”. Kursi merupakan sebuah produk desain yang dirancang untuk membantu keberlangsungan hidup sehari-hari, sekaligus memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Kini, kursi telah melalui banyak peradaban dan perancangan, sudah banyak sekali desain kursi yang ada dan pernah ada di masyarakat. Dari sekian banyak desain kursi, ada desain kursi yang diketahui perancangnya, tetapi tak sedikit pula yang tidak diketahui.
Dalam pameran “KURSI” kali ini BDD ingin menampilkan sebagian kecil dari ribuan desain kursi yang pernah ada dan masih beredar di masyarakat Indonesia. Yang paling menarik dari pameran “KURSI” adalah BDD menghadirkan “Elizabeth Lounge Chair” sebuah kursi karya David Cheung, founder BIKA Living sebagai wujud interpretasi atas ketertarikannya terhadap furniture bergaya English Classic. Terdapat juga sebuah kursi bernama “Kursi Anak Motor Mio” yang sempat banyak digunakan oleh orang tua tahun 2010-an untuk membonceng anaknya. BDD mengusahakan pameran ini sebagai bentuk komunikasi dan edukasi agar masyarakat lebih mengenal tenaga desain dibalik sebuah kursi dan tidak lagi menganggap kursi sebagai sebuah produk “biasa”.
Dapur Umum oleh DAUM Kitchen
Lantai 2 Graha Paramita II, Bintaro
Dapur menjadi salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk ada di dalam rumahnya. Namun, pada masa yang akan datang kebutuhan ini akan bertemu dengan keterbatasan ruang hidup yang tersedia. Dapur Umum yang dirancang oleh DAUM hadir sebagai solusi praktis yang sesuai dengan gaya hidup masa depan, mengatasi keterbatasan ruang hidup, budaya “terburu-buru”, dan perilaku hidup minimalis. DAUM memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bisa merasakan solusi alternatif untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Melalui pameran ini, “DAUM” mencoba menyampaikan bahwa dapur harus mampu melampaui fungsi konvensional dan mengandung esensi fleksibilitas dan kepraktisan.
Selain memamerkan rancangan dapur umum miliknya, DAUM juga mengajak pengunjung yang hadir untuk merancang dapur umum impiannya sendiri. Selain itu, DAUM menyediakan sebuah stempel bertuliskan “Dari Umum Untuk Umum” sebagai bentuk kampanyenya terhadap keberadaan dapur yang bisa dirasakan oleh semua orang.
Prototipe PU.TO Tubaba oleh Andi Rahmat (NUSAE) dan Hermawan Dasmanto (Ara Studio)
Lantai 5 Graha Paramita II, Bintaro
Toilet umum menjadi kebutuhan dasar bagi setiap orang yang berada di ruang publik. Menggunakan toilet umum yang bersih dan nyaman adalah impian bagi setiap orang, namun sayang saat ini kebanyakan toilet umum di Indonesia masih berada di level yang kurang layak digunakan. Lantai yang kotor, bau menyengat, fasilitas toilet yang tidak memadai, alat sanitasi yang tidak terpelihara serta permukaan toilet yang becek adalah wujud dari kebanyakan toilet umum di Indonesia.
Merespon hal tersebut, Andi Rahmat dan Hermawan Dasmanto bekerjasama menjalankan proyek pembangunan toilet umum berkualitas dan didesain dengan baik bernama PU.TO (Public Toilet). Pada perancangan awal PU.TO akan dibangun di sebuah kabupaten baru di Lampung, Kab. Tulang Bawang Barat (Tubaba). Bekerjasama dengan biro arsitek andramartin, ARA Studio, FFFAAARRR, Office SA, Ragam, Sahabat Selojene, dan studiodasar, PU.TO akan menjadi bagian dari program city branding Tubaba, sebagai wujud toilet umum yang layak untuk digunakan. Di masa yang akan datang, PU.TO juga akan melibatkan lebih banyak pihak, baik arsitek, sponsor, maupun pemerintah untuk mewujudkan toilet-toilet umum yang memadai di kota-kota lain di Indonesia.
Katalis Spacebar – Art of The Future oleh Katalis
Lantai 5 Graha Paramita II, Bintaro
Seiring perkembangan teknologi, bukan berarti mobilitas manusia juga didukung dengan teknologi ramah lingkungan. Mobilitas yang tinggi, justru diiringi dengan meningkatnya produksi polusi. Hal ini disebabkan untuk menunjang mobilitasnya, manusia memilih menggunakan kendaraan bermotor yang menghasilkan gas buang. Menurut catatan IQAir 2021, Indonesia menempati peringkat ke-17 sebagai negara dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia.
Merespon hal tersebut Katalis menciptakan inovasi sebuah kendaraan ramah lingkungan sebagai solusi mengurangi polusi di Indonesia bernama “Katalis Spacebar”. Sebagai sebuah kendaraan yang menggunakan bahan bakar yang dapat digunakan kembali dan tidak menghasilkan gas buang “Katalis Spacebar” diciptakan sebagai upaya menciptakan kembali go green mobility di masa depan. Bertenaga listrik dengan jangkauan 60 km setiap kali pengisian daya, kecepatan tertinggi hingga 50km/jam, dan bentuk yang compact “Katalis Spacebar” dapat menjadi alternatif untuk menunjang mobilitas harian manusia di perkotaan.
Rintik Installation oleh Kayou Indonesia
Lantai 5 Graha Paramita II, Bintaro
Mebel tak pernah lepas dari salah satu materialnya, kayu. Salah satu produsen mebel asal Indonesia yang mengutamakan kayu pada desain produknya, Kayou Indonesia turut memamerkan produknya melalui instalasi bernama “Rintik Installation” dalam gelaran Bintaro Design District. Instalasi dengan tiang tiang kecil berwarna putih seolah menggambarkan rintikan hujan berhasil mencuri perhatian. Dalam instalasi tersebut terdapat beberapa produk Kayou yang dipamerkan, beberapa produk di antaranya adalah, sebuah wadah menaruh payung bernama “Rintik Umbrella Stand”, miniatur produk kursi bernama “Nara Stack Chair” dan “Naku Stack Stool”.
Pameran “UNCERTAINTY” oleh Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI)
Kopi Manyar, Bintaro
Selain di Graha Paramita II, terdapat juga pameran yang berada di beberapa lokasi di sekitar Bintaro, Kopi Manyar salah satunya. Terdapat pameran desain grafis persembahan dari Asosiasi Desainer Grafis Indonesia berjudul “ADGI Designer’s Response: Uncertainty”. Memamerkan 18 karya desainer perempuan dari berbagai kota, latar belakang, dan usia yang berbeda, mengangkat perspektif perempuan dalam menghadapi perjalanan hidup dan masa depan yang kian ambigu. Hal ini sejalan dengan desain grafis dan peran besarnya di masyarakat, erat kaitannya dengan refleksi di masa lalu, sekarang, dan nanti. Namun, ada hal mutlak yang tidak bisa dihindari di masa depan, yakni ketidakpastian. Melalui pameran ini ADGI coba menyampaikan bahwa ketidakpastian tidak selamanya berarti negatif, di sisi lain ketidakpastian juga bisa mewakilkan sebuah semangat, kesempatan, serta harapan, tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut.
Workshopiknik oleh Visula Project
Kandank Jurank Creative Park
Visula Project menciptakan ruang terbuka bernama “Workshopiknik”, sebuah representatif dari pembaharuan visi pembelajaran di ruang terbuka dengan kegiatan yang kolektif di kawasan Kandank Jurank Compound. Visula Project meyakini “Workshopiknik” dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar (wilayah Kandank Jurank) baik secara fisik (bangunan), maupun secara fungsi. Melalui “Workshopiknik”, Visula Project ingin menciptakan suatu ruang bagi masyarakat, sebagai wujud bahwa desain dan arsitektur berhubungan erat dengan masyarakat. Mereka meyakini ruang ini bisa dimanfaatkan secara maksimal jika komunitas sekitar juga bisa mengoptimalisasikan bangunan tersebut. Kini, “Workshopiknik” sudah mulai digunakan untuk kepentingan pengenalan desain dan arsitektur melalui pameran maupun workshop.
Workshop Arkidtecture oleh Visula Project
Workshopiknik, Kandank Jurank Creative Park
Selain menciptakan “Workshopiknik” ,Visula Project sebagai sebuah studio arsitektur juga coba mengelaborasi perkembangan kognitif anak-anak usia 7-12 tahun menggunakan estetika arsitektur melalui workshop “Arkidtecture”. Memperkenalkan objek skematik menggunakan lego bentuk bangunan yang dapat dieksplorasi oleh anak-anak. Mencoba mengajarkan bahwa arsitektur sebagai subjek yang lebih besar, bukan hanya sebuah pendapat seseorang, tetapi juga proses analisis, pemanfaatan, dan eksplorasi menggunakan objek sederhana yang ada di sekitar.
Invent the Future oleh Whiteboard Journal
Lantai 5 Graha Paramita II, Bintaro
Pada Bintaro Design District kali ini Whiteboard Journal tak hanya berperan sebagai media partner, lebih dari itu Whiteboard Journal turut berpartisipasi sebagai exhibitor melalui instalasi “Invent the Future” yang terletak di Lantai 5 Graha Paramita II. Kami menyadari bahwa masa depan perlu diciptakan dengan melibatkan seluruh aspek yang akan merasakannya. Melalui instalasi ini, kami ingin pengunjung dapat mengintip masa depan dan berpartisipasi untuk menentukan arahnya sendiri.
Dalam instalasi yang dibangun menggunakan kerangka besi modular dari Scholz ini, Whiteboard Journal menyajikan visualisasi data yang dihimpun dari para pembaca menggunakan wallpaper bermutu tinggi dari HiRes. Kami juga mengajak para pengunjung untuk terlibat dalam lima panel survey interaktif mengenai masa depan tata kota Bintaro dan satu buah kuis online yang bekerja sama dengan creative tech lab Anti Gravity. Selain itu, kami juga memamerkan found objects dari Bintaro sebagai time capsule untuk masa depan.