BAP. Menawarkan Campuran Genre dan Musikalitas Melalui “monkshood”
Mengikuti pendalaman kreatif dan emosional BAP. dari “pagi” sampai “malam”.
Foto: BAP.
Dimulai dari “pagi”, dan berakhir dengan “malam”, inilah perjalanan yang BAP. sediakan untuk para pendengar album pertamanya, “monkshood”. Lewat kolaborasi berwarna dari Joe Million, Shotgundre dan juga Bedchamber, Kareem Soenharjo; nama di balik moniker ini, menunjukkan bahwa kolaborasi antara musisi tidak harus berdiam dalam satu genre.
Memakan waktu produksi cukup lama ditambah sentuhan Wahono dari DIVISI 62 yang membantu proses penggarapan album ini, tentu BAP. memiliki ambisi tersendiri untuk membuat buah karyanya sempurna. Hal tersebut pun terbukti lewat apa yang pendengar temukan, yakni musikalitas kental dan juga sebuah ‘perjalanan’ padat dalam segi aransemen hingga lirik. Dibuat sebagai ode untuk Jakarta, “monkshood” dibuka dengan lagu “pagi”, sebuah instrumental chaotic yang menggambarkan kesibukan orang-orang di Jakarta pada pagi hari. Sebagai pembuka, album ini jelas tidak main-main dengan menawarkan grand opening yang menjanjikan standar tinggi untuk lagu-lagu selanjutnya.
Namun patut dicatat, lewat LP ini terdapat keinginan BAP. untuk membuktikan orisinalitasnya sebagai seorang musisi yang masih membangun identitasnya. Dan tak berhenti di situ, “monkshood” pun menawarkan sederet lagu dengan transisi yang seamless, seakan mengajak pendengar merasakan alur cerita yang didesain oleh BAP. untuk dinikmati secara utuh. Ditutup dengan “malam” yang menggambarkan bagian hari yang lebih tenang serta identik dengan waktu untuk refleksi diri, lagu ini menghadirkan instrumentasi yang lebih melodis dari “pagi”. Melihat adanya kontras yang hadir antara “pagi” dan “malam”, jelas sudah bahwa “monkshood” memperlihatkan transformasi yang dilalui BAP. dalam pembuatan album ini. Berisi dan intens.