Who, What, Why: Soydivision
Kolektif seni dan budaya di Berlin yang memperkenalkan budaya Indonesia lewat pendekatan artistik serta kuliner.
Teks: Sabilla Salsabilla
Foto: Soydivision
WHO
Soydivision merupakan sebuah kolektif seni dan budaya yang terdiri dari kumpulan orang Indonesia yang berbasis di Berlin, Jerman melalui seni dan makanan. Awal mula terbentuknya kolektif ini datang dari Ariel Orah ketika ia dan kolektif bunyinya L_KW tampil di salah satu venue dengan menghubungkan komposisi live sound art dengan konsep food pop-up di tahun 2018. Setelah kesuksesan acara tersebut, mereka akhirnya ditawarkan untuk membuat acara reguler dengan nama “soy&synth” dan akhirnya Ariel memperkenalkan Soydivision sebagai pihak yang menyelenggarakan acara tersebut. Dari acara ini, Ariel mulai bertemu seniman-seniman Indonesia yang juga berbasis di Berlin dan kemudian berlanjut dengan kolaborasi performance. Adapun para seniman yang juga ikut berpartisipasi di dalamnya antara lain Nindya Nareswari (light artist), Jan K (DJ), Bilawa Ade Respati (musisi), Rizki Rhesa Utama (visual artist), dan Gugi Gumilang (social researcher). Sampai akhirnya, pada akhir musim panas di tahun 2019, Soydivision akhirnya memutuskan untuk menjadi kolektif resmi.
WHAT
Dalam memperkenalkan nama Indonesia ke ranah dunia, Soydivision memulai proyeknya lewat “soy&synth” yang menitikberatkan konsep penyilangan antara experimental electronic music dan menjual makanan Indonesia. Seiring dengan tingginya intensitas proyek tersebut dijalankan, Soydivision akhirnya fokus ke ranah kuliner dengan riset yang mendalam mengenai kuliner Indonesia, hingga keberagaman serta rumitnya identitas sosial-politik yang dibawa. Ketertarikan tersebut kemudian melahirkan proyek-proyek baru yang beragam, seperti “empathy supper” (multi-sensory supperclub), weekly zine dengan nama “soy&zine”, “LikaLikuLuka” (theatrical workshop yang didedikasikan untuk masalah diskriminasi ras yang dialami minoritas yang berlatar belakang Asia), dan program-program lainnya. Tidak hanya itu, Soydivision juga menjalankan proyek “Lokarasa” sebagai entitas mandiri yang berfokus pada penjualan makanan dalam bentuk catering serta membuka warung kecil di Berlin Neukölln. Ke depannya, Soydivision ini akan merilis album baru “Senyawa” yang akan mereka bundling dengan produk kulinernya, yakni sambal dan jamu. Kolektif ini juga akan mengembangkan usahanya di bidang edukasi dengan mengedepankan keragaman yang ada.
WHY
Bagi Soydivision, membangun suatu hubungan dengan sesama diaspora dirasa penting, bahkan dengan diaspora dari negara lain. Adanya perasaan ketika mereka tidak sepenuhnya “diterima” di negeri asalnya namun juga tak dianggap sebagai orang “pribumi” di tempat yang mereka tinggali saat ini membuat Soydivision bersatu dengan menghidupkan aktivitas seni rupa sekaligus menjaga silaturahmi antar anggota hingga menjalin relasi dengan kolektif diaspora lainnya. Meskipun berada di tempat yang jauh dari daerah asal, namun Soydivision tetap menjadi kolektif yang berdiri secara mandiri dengan membawa entitas Indonesia ke ranah yang lebih luas.