Sun Yuan & Peng Yu Hadirkan Dua Instalasi Pada Perhelatan Venice Biennale 2019
Karya dengan pendekatan yang tidak umum dan berani.
Teks: Stefano William A.
Foto: ArtNews
Mencoba berbicara lewat karya yang tidak bisa mengeluarkan kata-kata dan pada akhirnya karya seni itu dapat langsung menyentuh keadaan emosional para penikmatnya adalah salah satu alasan mengapa seniman perlu dihargai. Membawa penciptaan karyanya ke arah yang lebih ekstrem, duo seniman Sun Yuan & Peng Yu selalu mencoba untuk menghadirkan instalasi-instalasi yang dapat memprovokasi pikiran dan keadaan emosi siapapun yang melihat atau mengalaminya. Dalam pameran seni bergengsi Venice Biennale 2019 yang mengusung tema “May You Live In Interesting Time”, dua instalasi seni mereka kembali tampil.
Ditempatkan di dekat pintu masuk area pameran, karya bernama Dear (2015), menonjolkan sebuah kursi seperti pada patung mantan presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, dari silikon berwarna putih di dalam kontainer plexiglass. Dari dalam kontainer para pengunjung dapat mendengar suara keras akibat selang di atas kursi yang seperti melompat ketika udara bertekanan tinggi dialirkan di dalamnya. Selang tersebut kemudian membentur dinding kontainer secara keras dan menghasilkan suara kacau yang tentu saja sangat tidak umum dalam pameran seni. Fokus pengunjung saat menikmati setiap karya seni yang dipamerkan akan buyar seketika saat suara keras tadi muncul tiba-tiba.
Karya Can’t Help Myself (2016) yang lebih menyorot perkembangan teknologi juga dihadirkan oleh kurator Ralph Rugoff. Masih ditaruh di dalam kontainer, kali ini yang menjadi sorotan adalah sebuah robot industrial yang menyapu cairan berwarna merah di lantai. Memadukan sensor virtual-recognition serta sistem perangkat lunak mutakhir, Sun Yuan & Peng Yu ingin memeriksa realita yang semakin terotomatisasi dan sehingga hubungan antara manusia dan mesin menjadi berubah dengan semakin cepat. Instalasi ini memberikan kepuasan dan pada saat yang sama juga ketakutan.
Dari kedua karya tersebut bisa dilihat bahwa pendekatan berani yang dilakukan kedua seniman ini adalah langkah mereka untuk berbicara lewat seni. Tanpa harus ada kata-kata.