Menyelami Sejarah, Fungsi Sosial, dan Kekaryaan Ilustrasi melalui “Reka Rupa Rasa”
Melihat progresi praktik ilustrasi di Indonesia.
Words by Whiteboard Journal
Teks dan Foto: Winona Amabel
“Apa yang disampaikan kata sejak masa itu sampai sekarang sangatlah terbatas, terbentur perbedaan pemaknaan yang dibatasi ribuan tahun migrasi geografis dan seleksi kultural, tetapi rupa bisa meninggalkan rasa yang memicu pengertian melewati batasan waktu, jarak, dan makna.” Begitu bunyi kuratorial yang ditulis Hermawan Tanzil dan David Irianto untuk “Smart Dialogue #11: Reka Rupa Rasa Illustration Exhibition”.
Gagasan “Reka Rupa Rasa” ini ialah eksplorasi kekayaan medium ilustrasi dengan fungsi sosial yang terbentuk melalui sejarah panjang. Dalam praktiknya, fungsi ilustrasi itu sendiri dapat mendukung bidang disiplin lain, dari mulai kedokteran, biologi, ataupun produk-produk komersial. Tapi membicarakan fungsi juga tidak melupakan proses pemaknaan, bagaimana setiap kreator tidak pernah melepaskan kekaryaan dengan rasa personalnya.
Beberapa seniman lokal seperti Lala Bohang, Kendra Ahimsa, dan studio kreatif Percolate Galactic menjadi exhibitor di “Reka Rupa Rasa”, bersama sederet nama lain dari Asia seperti Yeji Jun dari Korea Selatan, Nuttapong Daovichitr dari Thailand, dan Koichiro Kashima dari Jepang. Yeji Yun dalam karyanya “The Versatile Image Maker”, menyertakan kolaborasi dengan brand kosmetik Laneige dan pemerintah kota Seoul. Ada juga Kendra Paramita, ilustrator majalah Tempo, dalam “The Visual Journalist” yang menggunakan ilustrasi sebagai suara bagi isu-isu dan materi investigasi jurnalistik. Lain lagi cerita Citra Marina melalui “The Escapist Imaginer”. Ia menjadikan gambar-gambar sebagai teman perjalanannya di atas kereta komuter atau pesawat, sebuah pelarian imajinatif dari rutinitas kantorannya.
Menyuguhi konsep ruang waktu, “Reka Rupa Rasa” juga menyajikan linimasa dan wall of illustrations. Linimasa ini berperan penting dalam menjelaskan bagaimana ilustrasi, terutama sebelum adanya fotografi, berfungsi sebagai bahasa penuturan bagi berbagai disiplin. Masih dalam skema yang sama, wall of illustrations menampilkan karya-karya ilustrasi yang tak terbatas waktu, dari mulai ilustrasi poster konser Gilang Indonesia Gemilang tahun 1986 oleh Tjahyono Abdi sampai ilustrasi album lama “Ports of Lima” dan “Centralismo” dari grup musik Sore oleh Mayumi Haryoto.
Semakin kita menjelajahi ruang pameran, gagasan dari pameran ini semakin jelas terasa karena konsepnya dibentuk dengan kuat. “Reka Rupa Rasa” telah cukup berhasil dalam membangun narasi bahwa kekaryaan ilustrasi tidak diciptakan dari vakum, namun menyertakan sejarah dan fungsi sosial budaya yang melatarbelakangi karya dan pembuatnya. Melalui karya lintas waktu pun kita menyadari bagaimana fungsi ilustrasi tak terkekang dan pemaknaan simbolisnya tetap dapat ditranslasikan meski telah lama terbawa waktu.
–
Reka Rupa Rasa
20 Juli – 19 Agustus 2018
Dia.lo.gue Artspace
Jl. Kemang Selatan 99a
Jakarta