Mengenali Sejarah dan Koleksi Karya Seni Lewat “Y:Collect 3.0”
Tantangan untuk mengubah cara pandang terhadap masa lalu dari koleksi seni.
Teks: Stefano William A.
Foto: Vestianty
Seni sebagai hasil ekspresi seorang seniman dapat memancing ekspresi lain serta aksi dari setiap penikmatnya. Ketertarikan terhadap sebuah karya seni bisa memberi dorongan untuk membuat karya tersebut menjadi milik sendiri. Ketika kekaguman pada karya seni semakin tinggi, maka muncul keinginan untuk membangun sebuah koleksi – sebagai wujud untuk menjaga karya seni memiliki ruang sangat luas di dalam skena kesenian. Aksi seseorang sebagai kolektor seni dapat dilakukan oleh seniman hingga gallerist. Untuk memperkenalkan dan mengapresiasi kegiatan koleksi karya seni kepada banyak orang, RUCI Art Space mengadakan pameran dua tahunan yang menampilkan koleksi-koleksi seni dengan nama “Y:Collect”.
Pada gelaran ketiganya di tahun 2019, pameran ini sekali lagi menampilkan karya-karya hasil kurasi dari Grace Samboh, dengan jumlah karya seni yang ditampilkan sebanyak 32 karya. Menyoroti aksi koleksi karya seni sebagai tanda kepedulian untuk merawat dan menjaga ekosistem seni dalam bentuk apapun, pameran ini memperlihatkan pilihan karya dari koleksi orang-orang yang memiliki peran dalam dunia seni supaya dapat menyampaikan bahwa sekecil apapun gestur yang dilakukan, itu penting. Hasil kurasi diambil dari koleksi seni Biantoro Santoso, Galeri Soemardja, Mikke Susanto, Nasirun, OHD Museum, Rismilliana Wijayanti, dan Wiyu Wahono. Karya seni yang ada terdiri dari artefak seni sejak kemerdekaan Indonesia hingga sekarang dan dipilih untuk membangun sebuah narasi tentang akar, masa lalu, nilai-nilai tradisi, serta peran sosial-politik.
Penuturan sejarah mengenai karya Trijoto Abdullah sebagai pematung wanita pertama di Indonesia lewat arsip-arsipnya dan juga karya seni kontemporer lain di pameran ini memberikan representasi mendasar mengenai kegiatan koleksi seni Indonesia yang otentik dan karya-karya di dalamnya. Karya seni lukisan juga turut ditampilkan, beberapa di antaranya seperti lukisan abstrak Umi Dachlan, lukisan dengan guratan-guratan lugas menggambarkan emosi manusia dari Ay Tjoe Christine, hingga lukisan “Caught in a Barrier of Sharp Rock” berukuran besar dan kental dengan elemen-elemen surealisme karya Lucia Hartini. Ragam suguhan karya seni dalam acara “Y:Collect 3.0” ini bahkan menampilkan video dengan judul “Padoean Soeara” karya Nastasha Abigail Koetin yang menerjemahkan cerita mengenai industri gula dan kolonialisme lewat gambar dan suara unik.
Lewat karya lintas zaman yang hadir, “Y:Collect 3.0” mencoba menarik perhatian untuk melihat dengan cermat tidak hanya pada koleksinya namun juga pada senimannya. Setiap koleksi yang ada menyediakan sebuah sudut pandang baru untuk melihat ke belakang dan mempelajari lingkungan kesenian Indonesia.
_
“Y:Collect 3.0”
23 Maret – 28 April 2019
RUCI Art Space
Jalan Suryo Blok S No. 49,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan