Menanggapi #BlackLivesMatter Melalui Seni
Seni aktivisme, atau art activism merupakan hal yang menandakan adanya gerakan sosial yang signifikan. Berikut adalah beberapa karya yang telah lahir sebagai tanggapan terhadap #BlackLivesMatter.
Teks: Annisa Nadia Harsa
Foto: Adrian Brandon
Seni kerap memiliki tempat dan peranan yang besar sebagai aktivisme serta bentuk dokumentasi yang merekam suatu gerakan sosial, terutama gerakan yang memiliki momentum besar di kalangan masyarakat. Gerakan #BlackLivesMatter yang telah mengglobal akibat adanya diskriminasi rasial dan kebrutalan polisi terhadap warga berkulit hitam di Amerika Serikat pun tak terkecuali. Terutama setelah adanya kasus pembunuhan dari aparat kepolisian terhadap George Floyd, Ahmaud Arbery, dan Breonna Taylor pada tahun ini.
Sebagai tanggapan, para seniman pun telah banyak yang menciptakan karya, baik digital maupun secara fisik, dengan metode dan pendekatan yang beragam juga. Baik itu sebagai seni aktivisme, atau artivism, maupun sebagai sebuah pernyataan politis akan urgensi terhadap pemberantasan rasisme. Terutama, dalam sistem hukum yang kerap membiarkan pihak kepolisian untuk menimbulkan kekerasan terhadap warga berkulit hitam di Amerika Serikat, sekalipun mereka tidak bersalah. Berikut adalah beberapa karya yang telah lahir sebagai tanggapan terhadap #BlackLivesMatter.
Nikkolas Smith
Sosok artivist, atau seniman aktivis, dari Los Angeles ini telah menciptakan sebuah karya dalam bentuk lukisan digital yang menggambarkan potret George Floyd, korban kasus police brutality pada 25 Mei lalu. Tema kebrutalan kepolisian kerap menjadi topik yang diangkat oleh Nikkolas Smith dalam karyanya, sebelumnya ia juga pernah menciptakan karya lukis digital sebagai bentuk aktivisme, seperti kasus Trayvon Martin, anak berumur 12 tahun yang dibunuh oleh polisi pada tahun 2012.
Ashley R. Smith
Pembunuhan warga berkulit hitam yang tak bersalah di tangan polisi merupakan fenomena yang sulit untuk dihadapi bagi banyak individu di Amerika Serikat. Seni pun di sini memiliki peran sebagai coping mechanism sekaligus bentuk aktivisme, seperti karya potret George Floyd yang diciptakan oleh Ashley R. Smith. Melalui karya ini, Smith juga menyebarkan pentingnya gerakan #BlackLivesMatter dengan mengunggah proses kreatif yang terlibat melalui kanal YouTube-nya.
Andrew Dat Tran
Lukisan oleh Andrew Dat Tran juga merupakan sebuah tanggapan terhadap kasus pembunuhan George Floyd pada 25 silam. Dalam lukisan ini, Andrew Dat Tran ingin mengangkat dampak yang besar dari kebrutalan aparat kepolisian yang dapat membahayakan, bahkan merenggut nyawa. Pesan tersebut pun ia sampaikan dengan melukis sosok polisi yang berlutut dan menindas banyak orang, aksi berlutut dari sang polisi sendiri merujuk kepada kasus pembunuhan yang menimpa Floyd di tangan polisi David Chauvin.
Adrian Brandon
Seniman asal New York Adrian Brandon telah meluncurkan sebuah seri karya sebagai tanggapan terhadap kebrutalan polisi dan sebagai aktivisme dalam gerakan #BlackLivesMatter. Dalam seri yang bertajuk “Stolen Series”, Adrian Brandon menggunakan waktu sebagai medium terbesar dan terpenting dalam karyanya. Satu menit proses pewarnaan sebuah potret merepresentasikan satu tahun dari hidup warga berkulit hitam yang telah dibunuh oleh polisi. Sehingga, seri ini meliputi banyak potret yang terlihat “unfinished”, beberapa di antaranya adalah potret 46 menit George Floyd yang berusia 46 tahun, 26 menit untuk Breonna Taylor yang berusia 26 tahun, dan 43 menit untuk Eric Garner yang berusia 43 tahun.
Sacree Frangine
Tak hanya lukisan, ilustrasi pun memiliki peran yang besar dalam seni aktivisme, terlebih lagi dalam penggunaan sebagai bentuk poster, baik itu secara fisik maupun digital. Salah satu karya yang telah menjadi poster viral dalam gerakan #BlackLivesMatter adalah karya oleh duo kreatif Sacree Frangine di Instagram. Karya ini pun telah digunakan dalam berbagai konten media sosial yang menyebarkan tautan petisi, donasi, hingga informasi lainnya di media sosial.