Memaknai Perubahan Realitas Dunia Kerja Melalui “MON-FRI”
Apakah manusia hanya berakhir sebagai ‘pekerja’ dari Senin sampai Jumat hingga akhir hayat?
Teks & foto: Ergian Pinandita
Dalam perjalanan sebagai seorang seniman, realitas dan pengalaman merupakan salah satu kunci dalam menghasilkan ide-ide karya personal. Setelah ide muncul, seniman mengubahnya menjadi sebuah mahakarya. Hal itulah yang coba dilakukan oleh seniman muda Meliantha Muliawan lewat pameran tunggalnya dengan judul “MON-FRI”.
Menghadirkan 19 karya berupa instalasi 3 dimensi dan dikuratori oleh Syafiatudina ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan dunia kerja kantoran zaman dulu, mulai dari instalasi mesin ketik, telepon kantor, kipas angin, hingga tumpukan surat. Namun yang menjadi menarik dari pameran ini ialah terdapat dua makna yang coba disampaikan kepada audiens. Pertama, seniman lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB ini berhasil menciptakan sebuah nuansa perkantoran zaman dulu dengan pemilihan bentuk instalasinya yang menekankan bahwa zaman telah berubah.
Yang kedua adalah bentuk instalasi. Meli sang seniman sendiri menghasilkan karya-karya dengan konsep messy untuk menggambarkan bagaimana seolah-olah kerja adalah sebuah fase penting. Penggambaran dunia kerja melalui instalasinya ini, begitu nyata dengan menggambarkan bahwa aktivitas bekerja telah mendominasi segala aspek kehidupan manusia. Pada kenyataannya, kerja menjadi satu hal di atas segalanya yang menyebabkan orang lupa akan sekitar bahkan akan dirinya sendiri, lupa akan kondisi bahwa seseorang tidak menghabiskan waktu hanya untuk bekerja. Di era ini, kerja bahkan dianggap menjadi pride dan tolak ukur sebuah strata sosial pertemanan sehingga orang akan rela dikuras tenaganya demi kerja. Semakin tinggi dan berat pekerjaannya, akan semakin dipandang. Bahkan tak jarang, orang yang tidak bekerja dianggap sebagai sebuah penyakit yang harus disembuhkan dengan diberi pekerjaan.
Melihat pameran ini, kiranya kita bisa melihat bagaimana seni rupa kontemporer mengangkat hal-hal yang dianggap banal menjadi isu reflektif akan konstruksi sosial manusia. Kerja atau bekerja memang kini menjadi suatu kebutuhan untuk bisa membuat seseorang menyambung hidup atau survive seiring waktu. Namun, patut dilihat kembali bagaimana aktivitas ini justru mengakuisisi hakikat seseorang sebagai manusia. Apakah manusia hanya berakhir sebagai ‘pekerja’ dari Senin sampai Jumat hingga akhir hayat – atau ada opsi lain untuk bisa bertahan di dunia ini?
–
“MON-FRI”
24 Agustus-14 September 2019
Selasa-Sabtu (11:00-20:00)
RUBANAH Underground Hub
Jl. Timor No.25
Gondangdia, Jakarta Pusat