Lukisan 40 Fragmen Sidik Jari Digital Bitcoin Dipamerkan di Atas Gudang Senjata Tengah Laut Era Perang Dunia II
40 fragmen hasil karya seniman Robert Alice “Portraits of a Mind” tentang perwujudan fisik sejarah panjang codebase Bitcoin dipamerkan di lepasnya Laut Sealand, Inggris, di atas gudang senjata Perang Dunia II.
Teks: Inaya Pananto
Foto: Sotheby’s
Pameran yang menjadi gebrakan antara dunia seni tradisional dengan perkembangan dunia NFT dan Crypto dari seniman Robert Alice ditampilkan di tengah lepasnya perairan Sealand. Pemilihan tempat pameran berlatarkan cakrawala lepas perairan Sealand di atas bangunan gudang senjata tentara Inggris yang dibangun era Perang Dunia II ini memegang peran bersejarah salah satu awal dari data privasi cypherpunk di bawah perusahaan HavenCo. HavenCo sendiri adalah salah satu tiang pancang pemula gerakan cypherpunk.
Koneksi erat antara venue spektakuler ini mendukung sempurnah isi pameran yang menunjukkan 40 fragmen dari hasil karya masterpiece “Portraits of a Mind” yang mengandung koordinat dari tiap blok yang mengindikasikan bagian dari sejarah panjang bitcoin. Koordinat-koordinat ini menjadi cara bagi Alice untuk menyematkan nilai historis dalam network modern ini. Menjadi refleksi nyata atas asal muasal cryptocurrency pertama di dunia dan realita serta ide filosofis yang sesungguhnya hadir dalam jantung perkembangan teknologi ini.
Pameran ini bisa dibilang menjadi cara Alice untuk “membumikan” teknologi crypto yang tak dapat dipungkiri terkadang dari segi perkembangan terasa semakin jauh dengan nilai dasar kemanusiaan. “Portraits of a Mind” terbentuk dari 40 blok hasil desentralisasi codebase Bitcoin dimana tiap blok membentuk sebuah lukisan dan NFT-nya. Bentuk fisik dari karya seni ini adalah kanvas berbentuk lingkaran CD berwarna abu-abu, sekitar 322,048 digit angka tertulis di atasnya membentuk secara utuh 12.3 juta digit dari transkrip orisinil dari codebase beserharah yang meluncurkan Bitcoin. Semacam bukti tertulis dari sidik jari digital penemu Bitcoin yaitu Satoshi Nakamoto (pseudonym).
Menurut Alice, perwujudan yang ia tunjukkan dalam bentuk seni ini banyak berhutang kepada sejarah panjang pelukis konseptual seperti seri potret abstrak “Quantum Wall” karya Jack Whitten, lukisan enkripsi semantik karya Jasper John, Roman Opalka, dan On Kawara yang banyak bersentuhan dengan filosofi kripto dalam seni tradisional. Hal ini cocok dengan observasi Alice yang berpendapat bahwa ide-ide paling radikal dalam peradaban manusia yang kita lihat hari ini sesungguhnya adalah iterasi dari kepercayaan lama yang diabadikan oleh dokumentasi waktu.
Dengan mengarahkan fokus seninya kepada titik awal dimana keseluruhan ekosistem kripto ini bermula, ia tertarik untuk mencari ground zero dari komunitas ini beserta filosofi dasarnya. Menampilkan secara fisik satuan codebase ini melalui lukisan memungkinkan manusia untuk melihat secara dekat dan memiliki koneksi manusiawi dengan jaringan codebase yang membentang begitu luas, rumit, dan tak kasat mata melalui ruang dan waktu ini. Memberikan apa yang semula tak kasat mata, sebuah perwujudan fisik yang terasa lebih nyata dan relatable melalui medium yang lebih interaktif dan bersifat mengikutsertakan secara kritis.