Julian Abraham Bawa Pengunjung “Melintas Bunyi” Lewat Instalasi Suara
Pameran tunggal yang mempertanyakan definisi dan signifikansi bunyi.
Teks dan foto: Wintang Warastri
Julian Abraham atau yang biasa dipanggil Togar adalah seorang seniman multidisiplin yang sedang mempertanyakan definisi dan signifikansi bunyi lewat dua pertanyaan, “is sound a matter?” dan “does sound matter?”. Pembedahan dari pertanyaan-pertanyaan ini ia kemukakan dalam “Ngaji Bunyi #1”, salah satu sesi dalam rangkaian pengajian tentang bunyi yang berlokasi di Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta. Dokumentasi sesi ini kemudian ia bawa bersama beberapa karya lainnya untuk ditampilkan dalam pameran tunggal terbarunya di Jakarta, bertajuk “Melintas Bunyi”.
Memasuki Rubanah sebagai ruang galeri, pengunjung disapa oleh berbagai instalasi yang merangkai berbagai objek sehari-hari sehingga menghasilkan bebunyian, seperti “ACOUSTIC NEON” (2019) yang membariskan 16 lampu neon, yang ketika menyala dan mati menghasilkan bunyi subtil namun sangat familiar di telinga. Juga karya “Ngeeeek/After Bonyong Munni Ardhi” (2019), dimana terpasang sebuah daun pintu setengah terbuka dan pengeras suara di atasnya, terinspirasi oleh percakapan tentang perbedaan ruang di “dalam” dan di “luar” yang terbagi oleh si pintu tersebut. Terdapat juga instalasi karya “Acoustic Analog Digitally Composed #10/After Haryo ‘Yose’ Soejoto” (2019), yang merupakan refleksi dari sebuah artikel Jakarta Post tentang pameran Komunitas Bunyi beberapa tahun lalu, dimana sang seniman mengajak berbagai tukang dari macam-macam industri untuk membunyikan peralatan bekerja mereka, seperti tukang bakso dengan pisau dagingnya, pemahat dengan alat ukirnya, juga tukang bangunan dengan bermacam perkakasnya.
Togar memang meniatkan pameran ini untuk membedah apa itu bunyi, dari mana saja mereka berasal juga bagaimana cara memaknai mereka. Lewat sesi “Ngaji Bunyi #1”, misalnya, ia berupaya untuk “melintasi praktik seni yang berangkat dari penjelajahan perihal bunyi.” Menjadi bahasan yang menarik, ketika ia mengajak para hadirin pengajian sekaligus pengunjung pameran untuk berpikir ulang tentang definisi dan kepentingan bunyi. Ia sengaja mengemukakan pertanyaannya dalam bahasa Inggris yang memberikan makna ganda dari kata matter, baik sebagai kata benda yang berarti material atau bahan dan sebagai kata sifat yang berarti signifikan atau penting. Berkaitan dengan pemaknaan tersebut, Togar juga membahas – baik secara literal lewat video maupun secara simbolis lewat instalasi karya yang semuanya menggunakan proses elektronik untuk menghasilkan suara – bagaimana “amplifikasi elektronik pernah menjadi perdebatan di kalangan musik karena dianggap sebagai sebuah ancaman dari kemurnian ekspresi manusia.” Pemaknaan penting dan tidak penting menjadi subjektif, sesederhana ataupun serumit sudut pandang yang mendengarnya dan juga sumber bunyi tersebut dihasilkan.
“Melintas Bunyi” karya Julian Abraham “Togar” dipamerkan di Rubanah, basement Wisma Geha mulai dari 27 April hingga akhir pekan ini, 18 Mei.