Jelajah Skena: Indonesia Timur
Merangkum kota, komunitas dan gerakan yang merepresentasikan kehidupan kreatif di Indonesia Timur.
Words by Ghina Sabrina
In partnership with British Council - DICE (Developing Inclusive Creative Economy)
Desain: Zara Rizqa
Selama ini, ketika membicarakan soal geliat semangat kreatif di Indonesia, tidak jarang kalau kita acap kali memanglingkan pandangan kita terhadap kawasan Indonesia Timur. Padahal, ketika berbicara soal bagian timur, mereka itu kaya akan keragaman seni, tradisi dan budaya yang seharusnya kita lestarikan. Atas alasan itu pula banyak dari kolektif hingga komunitas di sana berusaha untuk membuat jalan mereka sendiri dengan melahirkan inisiatif-inisiatif baru yang memberdayakan sekaligus mengembangkan ekosistem kreatif yang lintas disiplin. Oleh karena itu, untuk edisi ketiga Jelajah Skena milik program Direktori ini, kami merangkum beberapa kota, komunitas dan gerakan yang merepresentasikan kehidupan kreatif di Indonesia Timur.
Makassar
Merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur, pengaruh kota Makassar pada kota-kota di sekelilingnya pun secara tidak langsung dapat dirasakan. Melalui pergerakan skena kreatif hingga kemunculan gagasan-gagasan baru yang dibentuk oleh sosok-sosok progresif, telah tumbuh semangat kolaborasi yang menghasilkan lanskap kreatif baru di sana.
Semangat literasi adalah salah satu faktor yang menghidupkan budaya kota di Makassar, terlihat dari banyaknya hub yang memusatkan kegiatannya pada sastra dan bagaimana kesadaran akan literasi dapat menjadi kanon untuk perkembangan skena itu sendiri. Salah satu contoh yang menunjukkan gelora semangat literasi di sana adalah kehadiran Makassar International Writers Festival (MIWF) yang mempertemukan penulis, pembaca, seniman dan pegiat seni dari berbagai belakang baik nasional maupun internasional. Digagas oleh Rumata’ Artspace, MIWF bermula dari keinginan Riri Riza dan Lily Yulianti Farid yang berniat untuk mengangkat kultur kreatif di Makassar sehingga Rumata’ kemudian menjadi salah satu penggerak kebudayaan di sana.
Selain Rumata’, juga terdapat beberapa hub lainnya dengan semangat yang serupa, seperti Katakerja yang berupaya membuka akses bacaan dan penggunaan ruang bersama bagi masyarakat sekitar, Kedai Buku Jenny yang selain berfungsi sebagai perpustakaan dan ruang bersama juga merupakan salah satu kanal di Makassar untuk mengetahui peta skena kreatif Indonesia terkini, serta Kampung Buku, sebuah perpustakaan publik yang mengutamakan aktivitas dan programnya pada pengkajian dan penelitian isu kota. Seperti yang dikatakan oleh Rachmat Hidayat dari Rumata’, “Saya rasa setiap kelompok atau organisasi memiliki caranya masing-masing untuk menggerakan wajah sastra Makassar itu seperti apa.”
Tidak hanya soal literasi, beberapa hub lain pun lahir sebagai respon atas kebutuhan kelompok-kelompok akan ruang inklusif. Sama halnya dengan SIKU Ruang Terpadu, sebuah wadah untuk aktivitas seni, teknologi, dan kebudayaan kontemporer yang terbentuk secara spontan untuk menghadirkan ruang berkarya dan berkolektif yang terbuka. Juga terdapat Komunitas Quiqui, sebuah komunitas seni rajut yang mendukung perekonomian warga serta meningkatkan kesadaran mengenai pemberdayaan perempuan. Lalu, pula hadir Tanahindie yang terlahir karena berita media massa yang terlalu fokus pada pemberitaan di pulau Jawa sehingga mereka berfokus pada penulisan, penelitian dan penerbitan yang membahas kota dan narasi-narasi di luar arus utama, terkhususnya melalui Makassar Nol Kilometer.
Palu
Sebagai salah satu kota yang memiliki potensi besar dalam perkembangan ekonomi kreatif, Palu didukung oleh masyarakatnya yang memiliki keinginan besar untuk mengembangkan ekosistem kreatif dan seni di ibukota Sulawesi Tengah tersebut. Hal ini pun tercermin dalam pemilihan kota Palu sebagai tuan rumah bagi Pekan Seni Media di tahun 2018. Sebagai kegiatan bertaraf nasional, pekan seni yang digagas dan difasilitasi oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tersebut mengeksplorasi tema yang mengangkat bagaimana eksperimentasi-eksperimentasi kelokalan dapat mampu memberikan warna baru dalam perkembangan seni kontemporer. Hal ini pun diusung agar memberikan peluang bagi para seniman-seniman di luar wilayah tertentu, terutama Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, untuk memperlihatkan sejauh mana mereka telah berkembang dalam berkesenian.
Semangat ini pun bisa kita lihat dari Forum Sudut Pandang yang lahir atas keinginan untuk berkolektif dan membentuk ruang alternatif untuk belajar dan berbagi ketertarikan terhadap perkembangan seni dan kebudayaan di Palu. Dalam menjalankan visinya, mereka pun menghadirkan ruang untuk merepresentasikan aktivitas kesenian di Palu yang lebih kontekstual, progresif dan berlandaskan semangat anak muda lewat program-program reguler mereka yang meliputi lokakarya, gigs, pasar seni, hingga pameran. Di sisi pendidikan kesenian, terdapat Komunitas Seni Lobo, sebuah ruang berkesenian yang mengedukasi anak-anak khususnya pelajar tentang seni budaya, proses-proses kreatif seniman dan karya-karya seni budaya.
Dengan beragam komunitas kreatif yang ada di Palu, juga diperlukan jejaring antar disiplin yang bisa menyatukan mereka agar dapat saling berkolaborasi sembari membangun ekosistem kreatif yang positif. Kreatif Tengah pun hadir dengan visi yang sama. Didirikan pada tahun 2018, mereka merasa bahwa ekosistem kesenian di Palu masih tersegmentasi dan belum ada program publik yang konsisten dan dapat menjaring berbagai elemen kreatif. Maka dari itu, mereka kemudian membentuk platform komunitas yang bisa memberikan program berkala untuk mempertahankan eksistensi dan konsistensi kesenian di kota Palu yaitu program pameran seni rupa dan fotografi, lokakarya, serta showcase musik.
Maluku
Dikenal dengan keragaman budaya dan kaya akan sejarah, Maluku dihiasi oleh anak-anak muda kreatif dengan semangat kebersamaan yang tinggi. Walaupun secara ekonomi Maluku masuk dalam salah satu provinsi ekonomi terkecil di Indonesia, bukan berarti para penduduknya tidak memiliki inisiatif-inisiatif yang mampu menjadi penggerak yang mengarah ke perubahan positif.
Terlahir dari kegelisahan panjang tentang arti sebuah perubahan dan juga keinginan untuk mempersatukan anak-anak muda Ambon setelah adanya konflik agama di Ambon sejak 1999 hingga pertengahan 2000-an, sejumlah komunitas kreatif di Ambon pun membangun rumah bersama dengan mendirikan Paparisa Ambon Bergerak. Sebagai rumah untuk bertukar pikiran dan kolaborasi antar komunitas kreatif, perkumpulan ini berupaya mendorong dan mewadahi anak-anak muda di bidang industri kreatif dengan semangat perdamaian dan solidaritas. Kini, Paparisa Ambon Bergerak mewadahi beberapa komunitas dan pergerakan seperti Save Ambon Bay, Penyala Ambon, Kanvas Alifir, Bengkel Seni Embun, Bengkel Sastra Maluku, Maluku Hiphop dan Ambon Photo Club.
Platform untuk kolaborasi memiliki fungsi penting dalam sebuah ekosistem untuk berkembang. Pendapat tersebut pun merupakan salah satu alasan terbentuknya Ternate Heritage Society. Sebagai sebuah komunitas, mereka berupaya memberi pengenalan keilmuan dan menanamkan kecintaan anak muda pada pelestarian budaya Ternate melalui kegiatan-kegiatan kreatif serta kolaborasi lintas komunitas baik di dalam maupun di luar negeri. Aktivitas mereka pun meliputi beberapa program seperti Jelajah Pusaka, aktivitas kunjungan situs budaya dan sejarah Ternate dan Bacarita Pusaka, bincang sejarah dan budaya oleh para anak muda. Ternate Heritage Society juga menggelar Festival Pusaka Ternate.
Papua
Menjadi bagian paling timur, Papua juga merupakan provinsi terbesar di Indonesia. Walaupun kental dengan budaya dan tradisi, sayangnya infrastruktur, fasilitas, serta dukungan bagi industri kreatif di Papua masih kurang memadai. Namun, kondisi tersebut pun sudah mulai membaik dengan peluncuran Papuan Youth Creativity Hub di Jayapura pada akhir tahun 2019 lalu yang akan menjadi pusat pengembangan kreativitas dan bisnis start-up dan mendukung pembangunan dan inovasi anak muda Papua.
Hadir untuk menjadi solusi atas minimnya infrastruktur yang mendukung, Indonesia Art Movement kini dikenal sebagai kolektif yang menumbuhkan geliat seni tari, teater dan film di Jayapura melalui program edukasi dan kolaborasi. Dalam upayanya, kolektif ini kemudian berkolaborasi dengan pelaku kreatif muda untuk membangun sumber daya manusia, wadah edukasi beserta fasilitas penunjangnya. Selain menjadi inkubator bagi para pelaku kreatif di Papua, mereka juga memiliki program edukasi lintas disiplin serta telah menyelenggarakan beberapa konser musik Numbay Creative Festival, dan Pesta Damai Papua.
Selain memusatkan perhatian pada perkembangan kemampuan para pekerja kreatif muda, juga dibutuhkan ruang inklusif bagi para perempuan yang kerap berada di posisi rentan. Papua Designs hadir sebagai komunitas pemberdayaan perempuan melalui pendekatan seni yang mewadahi perempuan Sorong, Papua, untuk berkarya dan mengeksplorasi kreativitasnya. Karya-karya yang dihasilkan oleh para ‘Mama Papua’ tak hanya mencerminkan bakat dan eksplorasi artistik para Mama, tapi juga cerita, pengalaman dan pengetahuan tentang keseharian yang memiliki keunikan dan kekuatan tersendiri.
–
Artikel ini merupakan bagian dari proyek kolaborasi British Council – DICE dengan Whiteboard Journal yang berfokus untuk mengangkat Creative Hubs di Indonesia. Kolaborasi berjudul “Direktori” ini akan memuat profil komunitas serta kolektif lokal dari video series, interview, hingga buku. Tunggu rangkaian konten berikutnya di website kami.