Direkam Sepenuhnya dengan Kamera Ponsel, Film Charlotte Prodger Diganjar Turner Prize 2018
Merekam perjalanan menemukan jati diri dalam kekalutan soal seksualitas
Teks: Brigita Olga
Foto: i-D Magazine
Penghargaan prestisius tahunan yang dikhususkan untuk mengangkat karya-karya visual artist asal UK, Turner Prize, tahun ini jatuh kepada Charlotte Prodger. Kemenangan filmmaker asal Glasgow ini mungkin menjadi salah satu kemenangan yang tak diduga-duga. Bermodalkan dua film – yang salah satunya direkam sepenuhnya lewat kamera ponsel pintar – Prodger maju bersama tiga nominasi lainnya yang masing-masing punya unsur politis.
“Bridgit”, salah satu karya Prodger yang paling banyak menuai pujian, menceritakan tentang peraduan nasib seorang gay di daerah pedesaan Skotlandia, yang berusaha mengungkapkan jati dirinya dengan coming out. Melalui “Bridgit,” Ia mengeksplorasi identitas diri, seksualitas, serta nasionalitas lewat perspektifnya sebagai seorang queer.
Kumpulan gambar bergerak yang tersusun dari footage bersifat vague ini, dirangkai secara sempurna oleh Prodger lewat narasi hasil buah pemikiran puitisnya. Walaupun alur dalam film ini sulit dideskripsikan, namun rentetan peristiwa yang ditayangkan, dianggap bisa merepresentasikan pengalaman personal Prodgers dalam pembentukan identitas dirinya.
Melalui “Bridgit,” Prodger merayakan identitas queer-nya sekaligus membahas isu humanitarian dan politik melalui keseharian serta sajak buku hariannya.