Tipografi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bentuk huruf, agar huruf dan bagian-bagiannya tidak hanya dilihat sebagai simbol dari suara, namun juga sebagai bagian dari sebuah desain. Elemen tipografi pada desain menjadi penting keberadaannya karena mempengaruhi susunan hirarki dan keseimbangan. Peran tipografi dalam desain adalah sebagai “visual language” atau bahasa yang dapat dilihat oleh audiens. Ia memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dari desain.
Tahun 2017 adalah kedua kalinya setelah tahun 2010 Type Directors Club mengadakan pameran keliling di Indonesia. Pada pamerannya tahun ini, TDC62 memperlihatkan karya-karya tipografi pilihan hasil kurasi di ajang kompetisi Type Directors Club Annual Typography yang tahun ini telah memilih 400 karya. Bekerja sama dengan studio KUDOS.NYC juga Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI) dengan didukungan Indonesia Design Development Center (IDDC) serta studio APTA, pameran ini menjadi ruang motivasi dan angin segar inspirasi maupun referensi berkualitas dari para desainer dunia.
Type Directors Club sendiri merupakan sebuah asosiasi tipografi dan desain grafis terbesar juga tertua asal Amerika Serikat, yang didirikan oleh para desainer grafis terkemuka pada tahun 1964. Selain untuk mendukung karya-karya tipografi terbaik, TDC juga membuat program pendidikan, seperti kelas, seminar dan kompetisi yang kemudian karya pemenangnya akan dipamerkan lewat pameran keliling setiap tahunnya.
Di hari pembukaan TDC62, John Kudos dan Gumpita Rahayu berpartisipasi dengan menjadi pembicara untuk sesi diskusi. Dua desainer asal Bandung ini membahas bagaimana perkembangan bisnis desain saat ini dan bagaimana desainer lokal bisa tetap progresif ketika bersaing di medan internasional serta seluk beluk industri tipografi di Indonesia. Menurut John Kudos, eksibisi seperti ini mempunyai peran penting khususnya bagi desainer, agar dapat melihat merasakan dan berinteraksi langsung dengan karya desain di ruang pameran.
Ada 2 area display pameran, yakni semi-outdoor dan indoor. Pada area semi-outdoor terdapat puluhan karya print tergantung membentuk spiral, mulai dari desain poster acara, pesan layanan masyarakat hingga macam-macam interpretasi jenis tipografi. Di bagian indoor ada beberapa poster dan berbagai macam buku-buku referensi hingga karya interaktif. Dari setiap karya yang dipamerkan sangat bisa dirasakan bagaimana menonjol dan kuatnya peran tipografi mempengaruhi karya-karya yang ada, mulai dari desain acara festival, mural, dekorasi hingga layout pada buku.
Menurut Gumpita Rahayu pada sesinya, Indonesia memiliki kelebihan khusus dalam konteks tipografi karena huruf latinnya tidak mempunyai karakter khusus seperti bahasa Mandarin, Rusia atau Yunani. Sehingga memiliki peluang dan kesempatan untuk dapat mengeksplorasi font dengan konten lokal contohnya, seperti apa yang sudah dilakukan oleh Google lewat proyek Google Noto Sans. Sebuah spesimen bahasa lokal seperti Noto Sans Sundanese dan Noto Sans Javanese. Adanya potensi-potensi tersebut membuat besar harapan Gumpita, untuk dapat mengajak para praktisi lain untuk berkontribusi sebagai desainer melalui type design dan turut meramaikan industri tipografi ini seperti apa yang ia lakuan dengan Tokotype.
Acara ini menjadi penanda baru mengenai bagaimana potensi kajian mengenai desain bisa dikembangkan. Dengan peran desain grafis yang mulai mendapat perhatian dari pemerintah – bisa dilihat pada dilibatkannya ADGI untuk mengurasi desain-desain terbaik bagi identitas visual ulang tahun Indonesia yang ke-72 – ini berarti kita memiliki peluang yang lebih besar untuk semakin mengintegrasikan desain sebagai salah satu solusi dalam keseharian. Untuk itu, kehadiran TDC62 layak dirayakan sebagai referensi sekaligus edukasi bagi para pelaku untuk bisa terus menggali potensi diri dan menghadirkan ide-ide baru yang dapat mendukung perkembangan ekosistem desain grafis di Indonesia.
TDC62 Jakarta
14 Agustus – 6 September 2017
Senin – Jumat
10.00 – 17.00
IDDC
Jl. Letjen S. Parman No.112, Grogol.
https://www.tdc.org/ 
