LAIN – Train Song
Kecermatan Betmen dan Anggun dalam eksperimentasi The Jadugar kurang lebih dapat dilihat dari cara mereka menggunakan berbagai barang untuk menjadi bagian dalam video yang mereka kerjakan. Sederhana saja, untuk lagu “Train Song” dari grup musik LAIN, mereka mengambil mainan kereta sebagai pengantar ceritanya. Lewat pembagian permainan frame dalam video, mereka bisa membuat mainan kereta seolah-olah berada pada jalur yang amat panjang, berangkat dari kamar tidur dan berjalan di trotoar jalanan hingga akhirnya mendekati sebuah bangunan bioskop tua. Dengan hanya menggunakan mainan kereta api mereka menerjemahkan perjalanan dalam gubahan yang sederhana. Karya ini membuat The Jadugar mendapat penghargaan Best Director dari ajang Penghargaan MTV Indonesia tahun 2003.
C’mon Lennon – Aku Cinta J.A.K.A.R.T.A.
The Jadugar banyak menggarap video musik untuk band Jakarta. Beberapa mungkin berangkat dari kesamaan latar arus atau almamater yang mereka bagi. Grup musik C’mon Lennon adalah salah satu grup musik ibukota yang digawangi oleh Harlan Boer. Lewat lagu “Aku Cinta J.A.K.A.R.T.A.,” The Jadugar menggarap sebuah video yang membawa para personil melewati jalanan dan tempat-tempat di Jakarta dengan sebuah angkutan umum. Dalam video juga hadir beberapa teman musisi lain saat itu yang ikut menaiki bus dan yang paling lucu adalah para personil Sore yang tampil memakai baju sekolah lengkap dengan bawaan anak kecil. Mereka berjalan sampai ke Monas sambil terus menyanyikan lirik repetitif “Aku cinta J-A-K-A-R-T-A”. Jika ditelisik, konsep kebersamaan menjadi muatan utama dalam video musik ini.
The Brandals – Lingkar Labirin
Pengerjaan video klip lagu dari The Brandals ini mungkin adalah salah satu video pertama di Indonesia yang menggunakan teknik stop-motion. Bunyi ketukan drum dan bangunan musik rock pada lagu berpadu seirama dengan gerakan visual gambar. Teknik stop-motion yang dipakai dalam video beragam. Ada gambar doodle yang menggunakan marker atau cat dan spray paint. Selain menggambar, mereka juga menggunakan kolase foto para personil The Brandals untuk membuat visual yang tak hanya menarik namun juga menandai kebaruan pada teknik video klip di Indonesia saat itu.
Peterpan – Yang Terdalam
Salah satu proyek terbesar yang pernah ditangani oleh The Jadugar adalah pengerjaan video lagu “Yang Terdalam” dari unit musik yang digawangi oleh Ariel yang saat itu masih bernama Peterpan. Pengerjaan video ini dilakukan dengan sekali pengambilan gambar di Jalan Sabang yang ramai dan menggambarkan keadaan kota Jakarta saat itu. Dengan menggunakan film 16mm, video yang dikerjakan tahun 2003 ini menjadi video musik yang mempopulerkan kembali kualitas gambar vintage tersebut. Kecepatan visual dalam video yang diatur menjadi agak pelan untuk disesuaikan dengan nuansa lagu dan gestur para personil yang berjalan bergantian pada latar pertokoan dan trotoar kota Jakarta menjadi keutamaan karya The Jadugar, yang konon memiliki budget besar ini.
Naif – Dia adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia yang Ada di Seluruh Dunia
Salah satu visual The Jadugar yang paling utama tercermin lewat video “Dia adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia yang Ada di Seluruh Dunia” dari Naif. Mereka menggunakan objek gambar yang dimainkan seperti wayang dengan mengambil latar kota Jakarta, pepohonan, hewan-hewan dan para personil Naif untuk dijadikan objek eksperimentasi visualnya. Gerakan seperti wayang dengan gambar yang modern itu menerjemahkan pengaruh visual MTV yang waktu itu banyak mengambil visual pop-artist seperti Cyriak Harris misalnya. Teknik pengolahan gambar-gambar elementer itu menjadi sumberdaya visual yang oleh The Jadugar diolah untuk menghasilkan cerita hubungan manusia dan alam yang tidak harmonis pada lagu Naif itu.
BIP – Kuncianmu
Teknik stop-motion digunakan lagi oleh The Jadugar untuk mengadaptasi lagu “Kuncianmu” yang dipopulerkan oleh BIP. Berbeda dari teknik menggambar yang dipakai di “Lingkar Labirin,” mereka menggunakan gambar foto dua sisi yang dibagi menjadi beberapa bagian kecil. Mereka membalikkan gambar-gambar itu lewat transisi beragam, sehingga menghasilkan berbagai visual yang menarik seperti perlahan membuka lirik lagu dan visual lain. Mereka terus mengolah potensi videography yang bisa mereka kembangkan. Untuk tahun-tahun di mana referensi teknik seperti itu tidak sebanyak sekarang, Betmen dan Anggun patut diberi apresiasi untuk keberanian mereka mengolah berbagai macam bentuk yang mereka mainkan dalam visual video.
Boys Are Toys – Alibaba
Lagu ini pertama kali dipopulerkan oleh kelompok musik Dara Puspita sebelum dibawakan oleh grup rock yang beranggotakan perempuan dalam negeri, “Boys Are Toys.” The Jadugar mengerjakan video musik yang lagi-lagi mengolah bentuk baru. Dengan menggambil latar beberapa tempat di Jakarta, mereka menaruh sebuah kaca berukuran besar di depan kamera dan kemudian melukisnya untuk kemudian memberi gambar baru di dalam frame. Eksekusinya seperti kebanyakan karya yang mereka kerjakan, terkesan main-main, memberi kumis di beberapa gambar wajah yang mereka ambil atau mewarnai berbagai bangunan yang mereka. Ketetapan The Jadugar berasal dari hasrat spontan untuk mengolah gambar yang apa adanya dengan tetap menjaga muatan lagu yang mereka dukung dengan visual video.
Frigi Frigi – Kesalahan Persepsi di Era Megalitikum
Video ini adalah salah satu karya teranyar The Jadugar setelah hampir lebih dari 10 tahun Anggun dan Betmen tidak menggarap karya visual bersama. Unit juga merupakan salah satu proyek musik Betmen; selaku vokalis band, yang masih mengambil bangunan musik elektronik. Lahir berjarak satu dekade dari karya terakhirnya, mereka menggunakan efek visual yang modern. Betmen terlihat bias dengan buku yang terbuka halamannya. Kecermatan Anggun dalam mengolah visual selalu ditemani oleh kecerdikan Betmen memilah konsep dan simbol yang diangkat. Kadang seperti itu, atau mungkin sebaliknya.
Selama kurun waktu medio 2000-an, beberapa video musik yang Betmen dan Anggun garap memberi kesegaran pada apa yang waktu itu diproduksi. Mereka bermain menggunakan apa saja, mengeksplorasi banyak teknik, dari satu karya ke yang lainnya dan memiliki pertimbangan cermat dalam mendukung selalu eksploratif lagu dengan tampilan visual yang menarik. Mereka menggunakan inspirasi dan objek yang datang dari mana saja untuk kemudian menyusunnya jadi sesuatu yang memiliki nilai.
Mereka berdua adalah sosok yang menjalankan passion yang banyak mengolah daya eksplorasi sehingga mampu menyediakan referensi yang baik. Untuk mendukung perkembangan seni di Indonesia, Go Ahead Challenge hadir untuk mendorong para seniman muda guna mengembangkan dan menghidupkan passion mereka dalam berkarya melalui kompetisi kreatif. Tidak hanya menjadi kompetisi untuk mencari emerging artist, Go Ahead Challenge juga membuka pintu bagi para sosok kreatif untuk berkolaborasi dengan pelaku seni Indonesia dan kesempatan mendapatkan pengalaman inspiratif di Amerika Serikat. Cari passion lo dan mulai dalami, serta hasilkan karya di Go Ahead Challenge dan jadi bagian ekosistem kreatif Indonesia!