Teks oleh Muhammad Faisal
Foto Press Here Publicity
Tidak dapat disangsikan dua album terdahulu mereka Wolfgang Amandeus Phoenix (2009) dan Bankrupt! (2013) mempunyai afeksi luar biasa. Tur dunia yang padat, single menduduki chart, hingga mengisi festival-festival besar di penjuru dunia. Dari band indie yang hanya bisa memuja Cassius beralih menjadi salah satu pesona di jagat permusikan.
Namun setiap kesuksesan memiliki konsekuensi tersendiri. Kebosanan dan pelbagai sikap yang sering diejawantahkan sebagai macetnya inspirasi menjangkiti kuartet asal Versailles tersebut. Suka tak suka, produksi karya harus dihentikan sementara waktu sampai akhirnya mereka memutuskan untuk melepas album terkini yang bertajuk “Ti Amo.”
Tiga nomor dikeluarkan sekaligus guna menjaga antusias lahirnya nuansa menyegarkan. Adalah “J-Boy”, “Ti Amo”, dan “Goodbye Soleil” yang didapuk Phoenix selaku senjata andalan. Secara garis besar, musikalitas mereka tak berubah banyak kecuali nada-nada mayor yang mendominasi lanskap notasi. Ketukan drum-machine, synth yang elegan, maupun permainan gitar repetitif masih menguasai papan teknis Thomas Mars, Deck d’Arcy, Laurent Brancowitz, dan Christian Mazzalai.
Munculnya album ini membawa angin sejuk tentang pertemuan yang diidam-idamkan sejak lama; musim panas, roman bahagia, atau kerinduan tak berbalas. Phoenix terlahir kembali seperti era French pop yang memenuhi seleksi lagu di Cherie FM atau Radio Nova dan sesuai judul albumnya, tiap lagu yang ada di dalamnya membuat pendengar ingin menghujani mereka dengan kata “ti amo.”