Teks oleh Ditya N. Subagja
Foto oleh screenrant.com
Belakangan, serial televisi Amerika dan Inggris banyak mengadaptasi buku yang telah lebih dulu terbit. Kesuksesan Game of Thrones yang dianggap sebagai serial terbaik sepanjang masa, menjadikan alih wahana buku ke dalam layar seperti hiburan yang baik untuk mengisi kesenjangan hiburan lokal. Nama Neil Gaiman sebagai penulis kontemporer yang penting memiliki tempat tersendiri bagi beberapa penggemarnya. Banyak rencana untuk mentransformasi beberapa tulisan Gaiman sebelumnya seperti novel grafis Sandman yang belum terealisasi sampai sekarang, namun mungkin tahun ini bisa jadi tahun yang baik karena American Gods mulai disiarkan.
Dengan visual dan cast yang mendukung cerita, American Gods berkomitmen untuk menjalankan keseluruhan buku. Neil Gaiman dibawa sebagai produser eksekutif yang mengawal berbagai proses dari mulai scriptwriting hingga penyutradaraan. Bisa jadi, Gaiman ingin para pembaca dan penggemarnya yang lebih dulu membaca American Gods tidak kecewa dengan jalan cerita dalam serial yang bisa jadi cacat jika diterjemahkan oleh sembarang orang untuk kemudian diangkat ke dalam layar.
American Gods kaya akan referensi mitologi. Tak hanya mitologi Nordic dan Slavic namun juga mengangkat tokoh-tokoh dari mitologi Mesir dan Hindu. Sederhananya, cerita dalam American Gods mengisahkan para dewa lama (Old Gods) yang akan berkonfrontasi dengan dewa baru (New Gods). Jika ditafsirkan secara kasar, Gaiman menghadirkan sajian konflik antara keyakinan lama yang digerus oleh modernitas. Peradaban dibangun oleh perang dan keyakinan yang berdasar pada suatu aspek dan simbol tertentu yang seiring waktu mengalami perubahan. American Gods adalah cerita yang menyediakan ruang yang baik untuk kembali mempertanyakan keyakinan dan membuka pandangan atas kekuasaan-kekuasaan yang kita kehendaki.