Setelah Bandung, tur musik Defile akan menyambangi Jawa Timur, tepatnya Surabaya untuk terus menyebarkan konsep party versi Dentum Dansa Bawah Tanah. Kembali membawa Django, namun kali ini ditemani oleh Sattle dan Baldi. Keduanya dikenal membuat sebuah unit bernama Batas Echo yang sejauh ini telah mengeluarkan 2 versi re-edit di akun Soundcloud-nya. Kami berkesempatan mengobrol dengan Sattle sebelum ia tampil di Surabaya untuk menanyakan tentang monikernya dan konsep Batas Echo.
Apa arti moniker Sattle?
Tadinya cuma mau membedakan moniker saat bermain drum & bass bersama Javabass. Jujur secara arti sih ya tidak ada sesuatu yang ingin diutarakan, kecuali menurut pribadi saya lebih gampang diingat saja dengan nama itu.
Selain DJ, Anda juga membuat lagu. Seperti apa proses kreatif Sattle dalam menentukan sample dan beat lagu?
Proses kreatif bisa datang dari mana saja. Biasanya datang atas dasar ketertarikan suatu hal, misalnya ada periode di mana saya sedang suka musik tertentu. Maka daripada terpendam, ya apa salahnya ditulis? Minimal jadi dulu sketch-nya. Kalau lagi rajin, bisa sampai selesai. Tapi kalau tidak selesai, juga tidak apa. Ya anggap saja itu bagian dari proses pembelajaran. Semakin kita mencoba banyak hal semakin pula kita tahu diri kita seperti apa.
Anda tergabung dalam Batas Echo dengan Baldi. Bagaimana ceritanya Batas Echo dibuat?
Awalnya karena hubungan pertemanan yang berlanjut ke ide untuk membuat suatu proyek musik, serta kekaguman kami terhadap karya Harry Roesli dalam album “Harry Roesli ’83” berjudul “Batas (Echoes 1)” yang menjadi inspirasi kami untuk membentuk Batas Echo. Berangkat dari keisengan kami dalam re-edit lagu Indonesia lama yang nanti mungkin berkembang menjadi bentuk karya lain. Itu juga kalau Tuhan memberkati (tertawa).
Batas Echo kemarin sempat membuat re-edit lagu Iwan Fals. Konsep musik apa yang ingin lo sampaikan dengan unit ini?
Konsep re-edit yang kami tawarkan sebatas ingin menggubah lagu Indonesia agar bisa dimainkan oleh DJ, pada khususnya. Sekilas memang tidak banyak yang berubah dari lagu aslinya – hanya sebatas editing. Mungkin tantangannya ialah bagaimana mendapatkan source dari lagu yang bagus secara kualitas suara dan dalam hal ini re-edit menjadi sesuatu yang sensitif terkait dengan hak cipta. Tetapi kembali lagi ke tujuan awal, jadi tidak ada salahnya berbagi sesuatu yang kami bisa lakukan untuk teman-teman agar bisa menikmati karya lama dari musisi Indonesia ke dalam dalam format re-edit.
Saat diajak untuk berkontribusi dalam kompilasi Dentum Dansa Bawah Tanah, apa yang timbul pertama kali dalam pikiran Anda?
Sangat antusias ketika menyambut tawaran dari pihak DDBT, karena ini bisa menjadi salah satu rekam jejak musik Indonesia; untuk lebih spesifiknya musik elektronik, setelah kompilasi Jakarta Movement yang sangat memorable bagi saya pribadi ketika pertama kali mendapatkan kasetnya.
Defile #4
Sabtu, 29 April 2017
The Goods Diner Surabaya
21:00
Django, Sattle, Baldi
Special guest:
Kylko, Sinatrya