Teks oleh Ditya N. Subagja
Foto oleh Rendy Renaldy
Gagasan kolektif yang didukung oleh ruang-ruang yang layak dapat menyumbang kegiatan yang positif. LadyFast #2 adalah contoh kegiatan yang mampu memberi fitur ruang diskusi, pameran karya, lapakan, dan showcase musik.
Diinisiasi oleh sebuah kolektif yang menamakan dirinya sebagai Kolektif Betina, para perempuan yang terkumpul dari berbagai latar belakang berbeda dari 9 kota di Indonesia membuat sebuah ruang berkumpul dan berekspresi. Perayaan tahunan mereka yang kedua di Bandung yang digelar tanggal 29-30 April lalu mengundang banyak partisipan, umumnya para penggerak kreatif yang datang untuk menunjukkan produknya ataupun para penggiat acara sebagai konsumennya. Tak hanya menampilkan lapakan dan menyediakan ruang kreatif, mereka menyajikan diskusi yang menarik seperti membicarakan maskulinitas atau membuat jamu tradisional sebagai pereda nyeri menstruasi.
LadyFast #2 memberi ruang seperti yang para penggagasnya harapkan. Selama ini ruang untuk bisa berkumpul dan menyuarakan pendapat kadang direpresi oleh suatu golongan lain. Dengan cermat mereka memberi diskursus yang menarik dan mendidik serta memberi nuansa pasar lapakan yang hangat lalu kemudian ditutup oleh pertunjukan musik yang prinsip partisipatorisnya kuat. Dalam gelaran musik keras, para penonton dilibatkan untuk saling membaur, bertabrakan, dan berada dalam tatanan yang sama. Sebagai partisipan, perempuan di dalam ruang moshpit memiliki perannya sendiri untuk menikmati dan adalah haknya untuk merasa aman dan tidak menjadi objek, namun menjadi subjek dalam gerakan, bersama-sama memiliki ruang untuk berekspresi.