Meskipun tema yang diangkat oleh Jakarta Biennale tahun 2015 ini mengingatkan pada salah satu judul film Warkop yang dirilis tahun 1983, ternyata komedi sedikit berjarak dengan misi yang ingin dicapai pada gelaran ini. Konsepsi yang skala dan dampaknya cukup besar menjadi dorongan utama eksibisi dua tahunan ini. Dengan perhatian pada lingkungan, terutamanya terhadap area kota yang ditempatkan pada sorotan utama, sejatinya Biennale ini adalah rupa rekaan seniman mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka. Ini juga sekaligus merupakan sebuah seruan untuk mengambil langkah untuk maju sekarang, supaya tak terjebak di masa lalu, juga tak tersesat pada utopia masa depan.
Besarnya konsepsi juga bisa dirasakan pada bagaimana Jakarta Biennale 2015 memetakan rangkaian acara. Secara kuratorial, Yayasan Jakarta Biennale sebagai pelaksana pameran mengembangkan Curators Lab, sebuah program pembelajaran dan kolaborasi antara kurator muda dengan kurator profesional untuk mengembangkan konsep yang lebih relevan kepada permasalahan yang ada di sekitar. Tim kurator yang besar, berisi kombinasi 7 kurator muda dan senior, termasuk di dalamnya pegiat seni yang didatangkan dari penjuru negeri, dari Aceh, Surabaya, hingga Makassar, menunjukkan lebarnya skala yang dijangkau oleh pameran ini. Selain juga keterlibatan seniman dari berbagai suku bangsa yang diajak untuk menterjemahkan pemahaman mereka masing-masing terhadap tema utama.
Kunjungi Gudang Sarinah untuk melihat dan merasakan bagaimana para seniman memaknai isu-isu perkotaan, sekaligus untuk memahami tindakan apa yang bisa diambil untuk bisa melangkah maju ke depan.
Jakarta Biennale Website
Jakarta Biennale Facebook
Jakarta Biennale Twitter
Jakarta Biennale Twitter