Teks: Amelia Vindy
Foto: Anymo
Berangkat dari ketertarikannya mempelajari dunia desain dalam pembuatan gitar, seorang desainer asal Bandung, Raka Shiddiq, secara otodidak mulai menekuni passion tersebut pada tahun 2001. Selain itu, pertemuannya dengan Ki Anong Naini yang merupakan luthier pertama di Indonesia ternyata banyak membantu Raka dalam mengumpulkan ilmu dan informasi tentang desain gitar akustik tradisional dan membuatnya ingin meneliti lebih jauh mengenai gitar sebagai alat musik progesif.
Dari pengantar tersebut, akhirnya Raka memutuskan untuk membuat sebuah gitar alternatif dengan body berukuran 8mm yang kemudian dinobatkan sebagai gitar tertipis di dunia. Di bawah nama Anymo, Raka memperkenalkan gitar buatannya dan mendapatkan banyak respon positif atas gebrakannya. Anymo ‘Essential Guitar’ telah meraih “The Most Marketable Product” pada Business of Design Week 2016, Hong Kong, juga sambutan-sambutan antusias pada pameran-pameran berskala Internasional, seperti South by South West (SXSW) 2017 Austin USA, Salone Del Mobile Milano 2017 dan Casa Bravacasa 2017.
Selain perbedaan ukuran body yang signifikan, selebihnya tidak ada yang membedakan gitar Anymo dengan gitar akustik pada umumnya. Namun ada kelebihan lain yang ditonjolkan pada gitar Anymo, yaitu sustainable development yang mana merupakan poin khusus yang menjadi perhatian Raka pada setiap produk buatannya.
Untuk tetap memberikan kesan akustik, bahan kayu masih dijadikan pilihan. Anymo juga memperkenal SORA (Sora Organic Resonance Augmentation) System™ Micro Chamber Design yang merupakan otak di balik desain gitar tersebut. Selain itu, sustain suara gitar ini dikabarkan akan lebih panjang berkat konstruksi neck-through yang dikombinasikan dengan sistem undersaddle piezo untuk performa suara terbaik tanpa noise. Anymo nampak seperti meleburkan batasan-batasan antara gitar tradisional dan modern. Berkat buah pemikiran desain progresif, gitar ini dirasa cocok untuk digunakan saat tampil di panggung ataupun pada saat rekaman.