Vokalis Band The Cure Robert Smith Mengungkit Keserakahan Platform Penjualan Tiket Konser
Keserakahan korporat yang ditunjukkan oleh Ticketmaster diungkit dan dilawan oleh Robert Smith, vokalis band The Cure
Teks: Reiko Iesha
Foto: Vulture
Tim Burgess, pemilik label rekaman dan vokalis utama untuk band the Charlatans, membagikan suatu tangkapan layar di Twitter pada tanggal 16 Maret lalu, menunjukkan harga tiket konser The Cure yang bertambah secara signifikan karena biaya-biaya tambahan dari Ticketmaster. Harga tiket yang awalnya hanya senilai 80 dolar Amerika atau kisaran 1,2 juta rupiah untuk empat orang menjadi 172 dolar Amerika hanya karena biaya jasa dan pengolahan dari Ticketmaster.
So @thecure and @RobertSmith wanted to keep ticket prices at a reasonable level for fans on their upcoming North American tour dates. Of course @Ticketmaster absolutely rinsed them with ridiculous extra charges
wtf even is a service fee or a facility charge or processing fee?? pic.twitter.com/jsgspXnifj
— Tim Burgess (@Tim_Burgess) March 16, 2023
Ticketmaster, suatu platform penjualan tiket yang didirikan pada tahun 1976 di Phoenix, Arizona, bergabung bersama Live Nation, perusahaan industri hiburan di balik tragedi Astroworld, pada tahun 2010. Sejak merger ini, nama mereka menjadi Live Nation Entertainment dan mereka memegang sekitar 70% dari bidang penjualan tiket dan acara-acara live, hampir memonopoli seksi industri hiburan ini. Monopoli yang pada akhirnya benar menjadi kenyataan ini merupakan kekhawatiran bagi Bruce Springsteen, musisi ikonik yang telah aktif bermusik selama enam dekade, ketika ia pertama mendengar potensi merger ini.
Dengan Ticketmaster memonopoli pasar penjualan tiket musik live, para penggemar musik terpaksa membeli tiket dari mereka meskipun mereka memiliki kebijakan-kebijakan yang sedikit di luar nalar. Selain biaya jasa dan pengolahan yang tinggi, Ticketmaster juga mengaplikasikan sistem dynamic pricing, di mana harga tiket akan terus menerus naik semakin banyaknya orang yang mengantri untuk membeli tiket secara online. Kasus ini terlihat dalam tiket tur ‘Renaissance’ Beyoncé kategori gold circle yang pada awalnya hanya senilai 140 poundsterling lalu menjadi 400 poundsterling.
Kebijakan dengan sistem dynamic pricing seperti ini mungkin pada awalnya diaplikasikan dengan niat baik, untuk menghindari adanya calo yang membeli tiket dalam jumlah besar lalu menjual ulang dengan harga yang terlalu tinggi. Namun, sistem seperti ini juga menyebabkan harga tiket untuk terus naik, membuat harga tiket dari Ticketmaster berpotensi bernilai sama dengan tiket calo. Hal ini membuat Live Nation Entertainment terlihat serakah, seakan mengambil keuntungan yang tidak manusiawi.
Vokalis dan gitaris utama band The Cure, Robert Smith, menyadari keserakahan ini dan menghubungi Ticketmaster secara pribadi. Smith lalu meminta untuk Ticketmaster memberikan refund senilai 10 dolar Amerika bagi para pembeli tiket konser The Cure. Smith mengekspresikan bahwa ia dan anggota-anggota The Cure lainnya menjual tiket senilai 20 dolar Amerika per orang saja supaya penggemar-penggemar mereka dapat menikmati pertunjukan mereka tanpa harus menghabiskan banyak uang, dan kebijakan Ticketmaster menjadikan hal ini tidak memungkinkan.
1 OF 2: AFTER FURTHER CONVERSATION, TICKETMASTER HAVE AGREED WITH US THAT MANY OF THE FEES BEING CHARGED ARE UNDULY HIGH, AND AS A GESTURE OF GOODWILL HAVE OFFERED A $10 PER TICKET REFUND TO ALL VERIFIED FAN ACCOUNTS FOR LOWEST TICKET PRICE ('LTP’) TRANSACTIONS…
— ROBERT SMITH (@RobertSmith) March 16, 2023
Walaupun masih ada platform-platform penjualan tiket lainnya, seperti Eventbrite atau Dice, Ticketmaster tetap menjadi satu-satunya platform yang mampu mendominasi industri hiburan dan bisa lolos dengan kebijakan-kebijakan mereka karena belum ada platform lain yang mampu berkompetisi dengan mereka. Saat ini, satu-satunya harapan bagi para penggemar musik adalah upaya para musisi-musisi besar untuk menjatuhkan sistem serakah Ticketmaster.